Valentine Day: Antara Tradisi dan Esensi Kasih Sayang
  • Admin
  • 13 Februari 2025
  • 392 x
Valentine Day: Antara Tradisi dan Esensi Kasih Sayang

Valentine Day: Antara Tradisi dan Esensi Kasih Sayang

Oleh: Nabila dan Heci

Di SMP St. Klaus Kuwu, hari Valentine menjadi momen yang sangat dinantikan, terutama oleh anak-anak asrama. Tradisi tukar kado menjadi ciri khas perayaan ini, melibatkan pasangan kekasih, adik kelas dan kakak kelas, teman sekelas, siswa dan guru, serta siswa dan pembina. Namun, di balik kemeriahan ini, muncul sebuah ironi ketika ada pasangan yang putus hanya karena tidak bertukar kado.

Fenomena ini, menurut saya, merupakan sebuah kekeliruan. Kasih sayang seharusnya tidak diukur dari pemberian kado semata. Esensi dari Valentine adalah bagaimana kita dapat saling berbagi kasih sayang dan perhatian, bukan hanya melalui materi, tetapi juga melalui tindakan dan perkataan yang tulus.

Di sisi lain, perayaan Valentine di SMP St. Klaus Kuwu juga diisi dengan berbagai acara menarik. Anak-anak asrama diberi kebebasan untuk menampilkan bakat mereka, mulai dari dance, fashion show, band, menari, puisi, tablo, dan masih banyak lagi. Bahkan, ada yang berkesempatan tampil bersama pasangan mereka. Hal ini menunjukkan bahwa Valentine tidak hanya tentang kado, tetapi juga tentang bagaimana kita dapat mengekspresikan diri dan merayakan kebersamaan.

Saya mengapresiasi kreativitas para pembina dalam menyusun acara yang membuat anak-anak asrama sangat antusias. Namun, saya juga berharap bahwa esensi dari Valentine dapat lebih ditekankan, sehingga perayaan ini tidak hanya menjadi ajang tukar kado dan unjuk bakat, tetapi juga menjadi momen untuk mempererat tali persaudaraan dan menumbuhkan rasa kasih sayang yang tulus.

TERIMA KASIH!

 

 

 

Menjaga Relasi di Lingkungan Asrama SMP Santu Klaus

Oleh: Vania Soni

Hidup di lingkungan asrama merupakan pengalaman unik yang membentuk karakter dan kemandirian siswa. Di SMP Santu Klaus, interaksi antar siswa tidak hanya terjadi di kelas, tetapi juga di asrama sebagai tempat tinggal mereka sehari-hari. Oleh karena itu, menjaga relasi yang baik di lingkungan asrama sangat penting untuk menciptakan suasana yang nyaman, harmonis, dan mendukung perkembangan positif siswa.

Tentu saja, menjaga relasi di asrama tidak selalu mudah. Perbedaan latar belakang, karakter, dan kebiasaan dapat menjadi pemicu konflik. Selain itu, rasa rindu akan keluarga dan tekanan akademik juga dapat mempengaruhi emosi siswa. Namun, tantangan-tantangan ini justru menjadi kesempatan bagi siswa untuk belajar mengelola diri, memahami perbedaan, dan membangun toleransi.

Beberapa strategi dapat diterapkan untuk membangun relasi positif di lingkungan asrama SMP Santu Klaus:

1.    Komunikasi Terbuka: Siswa perlu belajar menyampaikan pendapat dan perasaan secara jujur namun santun. Mendengarkan dengan empati juga penting agar setiap siswa merasa dihargai.

2.    Kerja Sama: Melibatkan siswa dalam kegiatan-kegiatan bersama, seperti membersihkan kamar, memasak, atau belajar kelompok, dapat mempererat hubungan dan menumbuhkan rasa saling memiliki.

3.    Menghormati Perbedaan: Setiap siswa memiliki keunikan masing-masing. Belajar menerima dan menghargai perbedaan ini adalah kunci untuk menciptakan lingkungan yang inklusif.

4.    Menyelesaikan Konflik dengan Bijak: Jika terjadi konflik, siswa perlu belajar menyelesaikannya secara dewasa dan конструктив. Mediasi dari guru atau staf asrama dapat membantu mencari solusi yang adil bagi semua pihak.

5.    Memanfaatkan Fasilitas Asrama: Asrama biasanya dilengkapi dengan berbagai fasilitas, seperti ruang rekreasi, perpustakaan, atau lapangan olahraga. Menggunakan fasilitas ini bersama-sama dapat menjadi cara yang menyenangkan untuk membangun relasi.

Guru dan staf asrama memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan yang mendukung relasi positif. Mereka dapat memberikan contoh yang baik dalam berinteraksi, memfasilitasi kegiatan-kegiatan yang membangun kebersamaan, dan memberikan pendampingan jika ada siswa yang mengalami kesulitan dalam berinteraksi.

Menjaga relasi yang baik di lingkungan asrama memberikan banyak manfaat bagi siswa. Selain menciptakan suasana yang nyaman dan harmonis, relasi yang positif juga dapat meningkatkan motivasi belajar, rasa percaya diri, dan kemampuan sosial siswa. Selain itu, pengalaman hidup di asrama juga akan menjadi bekal berharga bagi siswa dalam menghadapi kehidupan di masyarakat kelak.

Menjaga relasi di lingkungan asrama SMP Santu Klaus adalah tanggung jawab bersama seluruh warga asrama. Dengan komunikasi yang baik, kerja sama, saling menghormati, dan penyelesaian konflik yang bijak, siswa dapat menciptakan lingkungan yang positif dan mendukung perkembangan mereka secara optimal.

SELESAI

 

 

 

 

 

 

 

 

Bukankah Cinta Menyeramkan

Oleh: Cici Aslin

Hari sudah mulai petang, matahari pun sudah mulai tenggelam di peraduannya. Aku tetap tak ingin beranjak dari sini, aku sangat menikmati mahakarya Tuhan yang menjadi tontonan megah ini. Aku tak ingin pulang dan mataku tertuju pada sepasang kekasih yang tidak baik-baik saja, yang mana mereka saling memaki dan wajah wanita itu redup tak memiliki aura bahagia. Ketika itu jiwa ingin tahuku meronta dan kakiku melangkah mendekati mereka.

"Apa maksudmu seperti ini padaku?" tanya wanita itu.

"Ya, aku memang menjalin hubungan denganmu, tetapi aku tak bisa memaksa diriku mencintaimu, dan aku lelah berpura-pura bahagia saat bersamamu," jawab lelaki itu.

"Lalu apa yang ingin kau katakan sekarang?" tanya sang wanita.

"Aku sudah memiliki wanita lain," lelaki itu menyodorkan sebuah kertas, entah foto siapa di dalamnya. "Lusa aku dan dia akan menikah, tolong datang di hari bahagiaku. Maaf telah menyakiti hatimu dan terima kasih untuk semuanya." Lelaki itu berbalik dan meninggalkan sosok tubuh bernyawa yang terlihat kacau dan seperti patung hidup itu.

Setelah kepergian lelaki itu, wanita itu tetap berdiri di tepi lautan sambil memandangnya. Bumi semakin gelap, dan dia berdiri dengan pikiran yang kosong. Dia memperhatikan kembali kertas pemberian lelaki tadi dan itu adalah undangan nikahnya. Tanpa berpikir dua kali, perempuan itu berjalan menjemput ombak begitu besar ke tengah laut dan dia benar-benar tenggelam dalam lautan tanpa aku bisa menyelamatkan wanita itu. Kenapa saya tidak bisa menyelamatkannya? Karena wanita itu adalah aku. Kini aku kehilangan rajaku, dan aku menjadi penghuni pantai ini menyaksikan kembali akhir kisah hidupku di bumi.

Aku tersadar dari lamunanku. Ternyata aku masih di sini, di tempat yang sama, di mana aku mengakhiri hidupku. Aku menatap langit yang semakin gelap, bintang-bintang mulai bermunculan. Aku merasakan dinginnya angin malam dan suara ombak yang tak pernah berhenti. Aku adalah hantu penasaran, yang terjebak di antara dunia nyata dan dunia gaib. Aku tidak bisa pergi dari tempat ini, karena aku masih terikat dengan masa laluku.

Aku melihat kembali ke arah laut. Aku melihat diriku sendiri, yang sedang berjalan menuju tengah laut. Aku melihat diriku yang sudah tidak berdaya, yang tenggelam dalam kegelapan. Aku mendengar suara teriakan terakhirku, yang bercampur dengan suara ombak. Aku merasakan sakitnya hatiku, yang dikhianati oleh cinta. Aku merasakan dinginnya air laut, yang membungkus tubuhku. Aku merasakan kematian yang begitu cepat dan menyakitkan.

Aku menangis, tetapi air mataku tidak bisa keluar. Aku ingin berteriak, tetapi suaraku tidak bisa terdengar. Aku ingin kembali ke masa lalu, tetapi waktu tidak bisa diputar kembali. Aku hanya bisa menyesali perbuatanku, yang telah menghancurkan hidupku sendiri.

Aku tahu, aku tidak pantas mendapatkan cinta. Aku terlalu bodoh, terlalu naif, dan terlalu percaya pada lelaki itu. Aku tidak belajar dari pengalamanku, yang selalu disakiti oleh cinta. Aku tidak pernah bisa melupakan cinta pertamaku, yang telah membuatku trauma. Aku selalu mencari cinta yang sempurna, yang tidak pernah ada.

Aku iri dengan orang-orang yang bisa bahagia dengan cinta mereka. Aku iri dengan pasangan-pasangan yang berjalan-jalan di tepi pantai, yang tertawa dan berpegangan tangan. Aku iri dengan keluarga-keluarga yangHarmonis, yang saling mencintai dan menyayangi. Aku ingin merasakan kebahagiaan seperti mereka, tetapi aku tidak bisa. Aku sudah mati, dan aku tidak bisa lagi merasakan apa-apa.

Aku hanya bisa melihat mereka dari jauh, dengan hati yang hancur. Aku hanya bisa berharap, semoga mereka tidak mengalami apa yang aku alami. Semoga mereka bisa menjaga cinta mereka, sampai akhir hayat mereka.

 

Aku tahu, aku tidak pantas mendapatkan cinta. Aku terlalu banyak dosa, terlalu banyak kesalahan, dan terlalu banyak kekurangan. Aku tidak pantas mendapatkan surga, karena aku telah mengakhiri hidupku sendiri. Aku mungkin akan masuk neraka, karena aku telah menyakiti banyak orang.

Aku pasrah dengan takdirku. Aku menerima semua hukuman yang akan aku terima. Aku hanya ingin meminta maaf kepada semua orang yang telah aku sakiti. Aku minta maaf kepada orang tuaku, yang telah melahirkanku dan membesarkanku dengan susah payah. Aku minta maaf kepada teman-temanku, yang telah menemaniku dalam suka dan duka. Aku minta maaf kepada lelaki itu, yang telah membuatku jatuh cinta dan patah hati. Aku minta maaf kepada diriku sendiri, yang telah menghancurkan hidupku sendiri.

SELESAI

 

 

 

 

 

 

 

 

Rindu Pelukan Hangat Mama

Oleh: EZRIL HASNI

 

Pagi itu, mentariLangke menyingsing dengan indahnya, namun tidak secerah hati Eleonora. Ia melangkah gontai menuju sekolah, pikirannya dipenuhi kenangan akan sang ibu. Senyumnya yang hangat, nasihatnya yang bijak, dan pelukan eratnya yang selalu menenangkan. Ah, betapa Eleonora merindukan semua itu.

Di sekolah, Eleonora berusaha tegar. Ia belajar dengan giat, mengikuti setiap pelajaran dengan seksama. Namun, di balik ketegarannya, hatinya hancur. Ia merasa seperti kehilangan separuh jiwanya.

Suatu sore, Eleonora mendapat kabar duka. Ibunya telah meninggal dunia. Eleonora lemas, air matanya tumpah tak terbendung. Dunia terasa runtuh, harapan dan impiannya seolah sirna. Beberapa hari kemudian, ayah Eleonora datang menjemputnya. Eleonora menurut, ia tidak punya pilihan lain. Ia meninggalkan kampung Langke, meninggalkan kenangan indah bersama ibunya.

Di rumah ayahnya, Eleonora merasa asing. Ia merindukan kehangatan rumahnya dulu, masakan ibunya, dan cerita-cerita pengantar tidur yang selalu dibacakan ibunya. Malam itu, Eleonora duduk di tepi jendela kamarnya. Ia menatap bintang-bintang yang bertaburan di langit. Tiba-tiba, ia teringat akan sebuah lagu yang sering dinyanyikan ibunya saat ia kecil.

"Bintang-bintang di langit, Berkerlipan dengan indah, Menyinari malam gelap, Menemani aku dalam kesepian."

Air mata Eleonora kembali menetes. Ia menyadari betapa besar kasih sayang ibunya. Ibunya telah memberikan segalanya untuk Eleonora, bahkan hingga akhir hayatnya. Eleonora bertekad untuk tidak mengecewakan ibunya. Ia akan belajar dengan rajin, meraih cita-citanya, dan membuktikan bahwa ia bisa sukses seperti yang diharapkan ibunya.

Suatu malam, Eleonora bermimpi bertemu dengan ibunya. Ibunya tersenyum padanya, memeluknya erat, dan berkata, "Anakku, ibu bangga padamu. Teruslah berjuang, raihlah impianmu. Ibu akan selalu bersamamu, dalam hatimu." Eleonora terbangun dengan hati yang penuh semangat. Ia tahu, ibunya akan selalu bersamanya. Ia akan terus berjuang, meraih kesuksesan, dan membuat ibunya bangga.

SELESAI

 

 

 

 

 

"Rindu yang Aneh":

Oleh: Prisil Jehadu

Air mata Lili jatuh satu per satu, membasahi pipi yang sedikit tirus. Bukan hanya rindu pada ayah dan adiknya, tapi juga rasa malu yang teramat sangat. Bagaimana tidak, uang jajan yang diberikan ayahnya ludes tak bersisa. Lauk pauk kesukaannya pun sudah habis sejak beberapa hari lalu.

Lili memang anak yang boros. Dulu, ia selalu menghamburkan uang jajannya untuk membeli makanan ringan dan minuman kekinian bersama teman-temannya. Ia juga seringkali lupa menyisihkan sebagian uangnya untuk keperluan lain. Akibatnya, ketika uang jajannya habis, ia kelimpungan sendiri.

Hari ini, perut Lili keroncongan. Ia ingin makan enak seperti teman-temannya yang lain, tapi uangnya sudah tidak ada. Ia juga rindu masakan ibunya, terutama sambal terasi dan sayur asem kesukaannya. Lili tahu, ayahnya selalu membawakan makanan kesukaannya setiap kali datang menjenguk. Tapi kali ini, ia tidak tahu harus berbuat apa.

Di tengah kebingungannya, Lili teringat akan nasihat ayahnya. "Nak, jangan boros ya. Sisihkan uang jajanmu untuk keperluan lain. Ayah tidak selalu bisa memberimu uang setiap saat," kata ayahnya waktu itu. Lili menyesal tidak mendengarkan nasihat ayahnya.

Tiba-tiba, pintu kamar asrama Lili terbuka. Seorang temannya, Rina, datang menghampirinya. "Lili, kamu kenapa menangis?" tanya Rina khawatir. Lili menggelengkan kepala, berusaha menyembunyikan rasa malunya. "Tidak apa-apa, Rin. Aku hanya rindu orang tuaku," jawab Lili dengan suara bergetar. Rina mengerti bahwa Lili sedang tidak jujur. Ia tahu betul bahwa Lili adalah anak yang boros. "Lili, jangan bohong. Aku tahu kamu sedang kesulitan keuangan, kan?" tebak Rina.

Lili terdiam, tidak bisa mengelak lagi. Ia akhirnya menceritakan semuanya kepada Rina. Rina pun mengerti dan mencoba menenangkan Lili. "Sudah, Lili. Jangan bersedih. Aku punya sedikit uang, kita bisa makan bersama nanti," kata Rina.

Lili sangat berterima kasih kepada Rina. Ia berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak boros lagi. Ia akan belajar mengatur keuangannya dengan lebih baik. Lili juga bertekad untuk menjadi anak yang mandiri dan tidak selalu bergantung pada orang lain.

Mulai saat itu, Lili berubah menjadi anak yang lebih hemat dan bijaksana dalam menggunakan uang. Ia juga rajin belajar agar bisa mendapatkan pekerjaan yang baik di masa depan. Lili ingin membuktikan kepada ayahnya bahwa ia bisa menjadi anak yang membanggakan.

SELESAI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

"Salah Paham sama Celana"

Oleh: Ecen Tangkur

 

Pada suatu hari, seorang gadis dikunjungi kekasihnya di rumah kontrakan. Gadis tersebut hidup berdua dengan sahabatnya. Hari itu merka sangat senang karena sang kekasih si gadis membawa buah-buahan, ada semangka, buah naga, pepaya. mereka menikmati buah-buahan sambil cerita bertiga.

Sore harinya sahabat si gadis kembali bekerja, dan tinggallah di rumah si gadis dan kekasihnya. Mereka bercerita banyak hal sambil menikmati kopi hitam yang menghadirkan berbagai motivasi dan menghangatkan kisah.  Tak terasa hari sudah sore, kekasihnyapun pamit pulang. sebelum kekasihnya pulang, si gadis berpesan segera chat kalau sudah tiba di rumah. "tolong chat kalau tiba di rumah yah, aku khawatir sama cuaca ini", kata si gadis sambil bersalaman dengan sang kekasih.

Setelah kekasihnya pergi, si gadis kembali keaktivitasnya semula. Selang 4 jam kemudian si gadis menunggu di chat sang kekasih, namun sama sekali tidak ada notofikasi. akhirnya diapun berinisiatif untuk menghubungi lebih dulu. "tidak aktif ternyata" gumam si gadis dengan penuh kekhawatiran. Setelah itu si gadis menelepon kekasihnya, masuk namun tidkak diangkatnya. SMS pun dibalas dengan alasan signal buruk.  si gadis tetap berpikir positif.

Tak terasa 8 jam berlalu, si gadis mulai bosan dengan aktivitasnya. Diapun mulai scroll media sosial berlogo F dan B yang digabung. Tiba di beranda, dia menemukan sebuah story dari salah satu teman FB nya. Di foto itu, terlihat beberapa orang duduk berjejer sedang mengikuti acara dan salah satu orang dalam foto tersebut menjadi target kecurigaan si gadis, dimana objek foto tersebut memiliki kesamaan celana dengan kekasihnya.

            Si gadispun mulai kelimpungan dan mulai gelisah sembarang. dia mulai memfalidasi pikiran-pikiran negatifnya sendiri. mulai menghibung-hubungkan peristiwa beberapa jam berlalu, merasa dicuekin, tidak dipedulikan dan lain-lain. dalam pikiran si gadis, fikx bahwa kekasihnya mengunjungi rumah mantan kekasihnya. pokoknya cemburu sebarang. 

Hingga pada akhirnya dia kembali menelpon kekasihnya dan bertanya terkait foto yang tadi ditemukannya di beranda fb. sang kekasih menjelaskan segala aktifitasnya dari tadi dan gadis tersebut mulai merajuk dengan pernyataan-pernyataan menuduh. Pada akhirnya kekasihnya mengalah dan mencaritahu kebenaran foto tersebut hingga mereka pun saling menyalahkan dan situasi semakin kacau. Malam mereka tidur tanpa saling memafkan, dan berharap besok semuanya berakhir indah

Keesokan harinya, mentari pagi membangunkan si gadis dari tidur lelapnya. Ia melirik ke arah HP yang berada samping, yang biasanya pagi-pagi ada notifikasi khusus, namun kosong. Hatinya masih dipenuhi amarah dan kecewa. Ia bangkit dari tempat tidur, menuju dapur untuk membuat secangkir kopi.

Sambil menikmati kopinya, ia kembali membuka media sosial. Matanya tertuju pada foto story teman Facebook-nya yang semalam. Ia perhatikan lagi dengan seksama, dan menyadari bahwa celana yang dipakai pria di foto itu memang mirip dengan celana milik kekasihnya. Namun, ia juga melihat ada hal lain yang janggal. Pria itu memakai kaos kaki warna hitam sementara kekasihnya tadi menggunakan kaos warna navy.

Perlahan, ia mulai menyadari bahwa ia telah salah paham. Pria di foto itu bukanlah kekasihnya, melainkan temannya. Ia merasa malu dan bersalah karena telah menuduh kekasihnya tanpa bukti yang jelas.

Dengan perasaan menyesal, ia menghubungi kekasihnya. Ia menceritakan apa yang sebenarnya terjadi dan meminta maaf atas kesalahannya. Kekasihnya yang masih marah dan kecewa, awalnya enggan untuk memaafkan. Namun, setelah mendengar penjelasan dari si gadis, ia akhirnya luluh dan memaafkannya.

Mereka berdua berjanji untuk tidak lagi terburu-buru dalam mengambil kesimpulan dan belajar untuk saling percaya. Kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi mereka, bahwa komunikasi yang baik dan saling percaya adalah kunci dari hubungan yang sehat.

TAMAT

 

Senja di Batas Kota

Oleh: Harlan Edison

 

Mentari mulai memudar, meninggalkan jejak warna keemasan di langit barat. Angin sepoi-sepoi membelai rambutku, membawa serta aroma tanah basah dan bunga melati yang tumbuh di pekarangan rumahku. Aku duduk di teras rumah, menikmati senja yang selalu menjadi waktu favoritku.

Tiba-tiba, mataku menangkap sosok seorang pria yang berjalan perlahan di ujung jalan. Dia tampak tak asing, tetapi aku tidak bisa mengingat di mana pernah bertemu dengannya. Pria itu berhenti di depan sebuah rumah kecil yang tampak usang. Dia mengeluarkan kunci dari saku celananya dan membuka pintu rumah itu.

Aku penasaran dengan pria itu. Siapa dia? Mengapa dia tinggal di rumah usang itu? Aku memutuskan untuk mencari tahu lebih banyak tentangnya. Keesokan harinya, aku pergi ke rumah pria itu. Aku mengetuk pintu rumahnya, dan dia membukakan pintu untukku. Dia tersenyum ramah dan mempersilakanku masuk.

Kami berbicara banyak hal. Aku baru tahu bahwa namanya adalah Budi. Dia adalah seorang seniman yang tinggal di rumah itu sendirian. Dia bercerita tentang hidupnya, tentang lukisan-lukisannya, dan tentang mimpinya untuk mengadakan pameran tunggal.

Aku terkesan dengan Budi. Dia adalah orang yang sederhana, tetapi memiliki semangat yang tinggi untuk meraih mimpinya. Aku memutuskan untuk menjadi temannya dan membantunya mewujudkan mimpinya. Beberapa bulan kemudian, aku dan Budi berhasil mengadakan pameran tunggalnya. Pameran itu sukses besar. Lukisan-lukisan Budi dipuji oleh banyak orang. Dia menjadi terkenal dan kaya raya.

Namun, Budi tidak pernah melupakan teman-temannya. Dia tetap menjadi orang yang sederhana dan ramah. Dia selalu bersedia membantu orang lain yang membutuhkan. Aku bangga menjadi teman Budi. Dia adalah contoh orang yang sukses karena kerja keras dan semangatnya. Dia juga contoh orang yang baik hati dan tidak pernah melupakan teman-temannya.

Selesai

 

Senja di Batas Rindu

Oleh: Epit Jerisef

 

Mentari senja memudar, meninggalkan jejak warna keemasan di langit. Angin berbisik lirih, membawa serta aroma tanah basah dan bunga-bunga yang bermekaran. Seorang gadis remaja, bernama Rosa, duduk termenung di ayunan taman belakang rumahnya. Matanya menerawang jauh, mencari sosok yang hilang dari hidupnya.

Rosa rindu. Rindu pelukan hangat seorang ibu, belaian lembut seorang ayah. Rindu canda tawa keluarga yang dulu begitu ia nikmati. Namun, takdir berkata lain. Kedua orang tuanya memilih jalan berbeda, meninggalkan luka yang menganga di hatinya.

Setiap malam, Rosa memeluk erat boneka beruang pemberian ayahnya. Mencari kehangatan yang hilang, berharap dapat merasakan kembali pelukan yang dulu selalu ia dapatkan. Air matanya seringkali menetes, membasahi pipi dan boneka kesayangannya.

Suatu hari, Rosa bertemu dengan seorang pemuda bernama Rio. Pertemuan itu terjadi di sebuah acara musik kampus. Rio, dengan senyum hangat dan tatapan teduhnya, berhasil mencuri perhatian Andini. Keduanya menghabiskan waktu bersama, berbagi cerita dan tawa.

Rio hanya menjadi teman, tetapi juga sosok yang selalu ada untuk Andini. Ia mendengarkan keluh kesahnya, memberikan dukungan dan motivasi. Rosa merasa nyaman dan aman berada di dekat Rio.

Seiring berjalannya waktu, cinta pun bersemi di antara mereka. Rio tak pernah mempermasalahkan keadaan Rosa sebagai anak dari orang tua yang berpisah. Ia menerima Rosa apa adanya, dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Suatu sore, Rio mengajak Rosa ke rumahnya. Rosa  gugup, namun ia percaya pada Rio. Sesampainya di sana, Rosa disambut hangat oleh kedua orang tua Rio. Mereka terlihat sangat senang dan menerima Andini dengan tangan terbuka.

Malam itu, Rosa merasakan kehangatan keluarga yang ia rindukan. Ia melihat tawa dan cinta di antara keluarga Rio, sesuatu yang tidak ia rasakan. Andini merasa seperti menemukan rumah baru, tempat di mana ia bisa menjadi dirinya sendiri dan dicintai tanpa syarat.

Sejak saat itu, Rosa tidak lagi merasa sendiri. Ia memiliki Rio dan keluarganya yang selalu ada untuknya. Rosa belajar untuk menerima masa lalunya dan menatap masa depan dengan penuh bahagia.

Cinta Rio dan keluarganya telah menyembuhkan luka di hati Rosa. Ia tidak lagi merindukan pelukan yang hilang, karena kini ia telah menemukan pelukan baru yang lebih hangat dan tulus. Rosa tahu, ia akan baik-baik saja. Ia telah menemukan cinta sejatinya.

SELESAI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

"Serahim Serasa Asing"

Oleh: Lia Nalut

Kristin tumbuh menjadi gadis yang pendiam dan penyendiri. Ia selalu berusaha mencari tahu apa yang salah pada dirinya, hingga ia diperlakukan berbeda. Namun, ia tidak pernah menemukan jawaban. Ia merasa seperti hidup di dunia yang berbeda dari keluarganya sendiri.

Suatu hari, Kristin tidak sengaja menemukan sebuah buku di perpustakaan umum. Buku itu bercerita tentang seorang anak yang mengalami kekerasan dalam keluarga. Kristin membaca buku itu dengan seksama, dan ia mulai menyadari bahwa apa yang dialaminya adalah kekerasan.

Kristin sangat terkejut dan sedih. Ia tidak pernah menyangka bahwa orang tuanya sendiri tega melakukan kekerasan terhadapnya. Ia juga tidak mengerti mengapa saudara-saudaranya tidak ada yang peduli padanya.

Setelah membaca buku itu, Kristin memutuskan untuk mencari bantuan. Ia menceritakan semua yang dialaminya kepada seorang guru di sekolahnya. Guru itu sangat terkejut dan iba mendengar cerita Kristin. Ia berjanji akan membantu Kristin.

Guru itu kemudian melaporkan kasus kekerasan yang dialami Kristin ke pihak yang berwajib. Polisi kemudian datang ke rumah Kristin dan menangkap kedua orang tuanya. Kristin dan saudara-saudaranya kemudian dibawa ke rumah aman.

Kristin akhirnya bisa hidup dengan tenang dan bahagia di rumah aman. Ia juga mendapatkan bantuan psikologis untuk mengatasi trauma yang dialaminya. Kristin belajar untuk mencintai dirinya sendiri dan menerima dirinya apa adanya.

Beberapa tahun kemudian, Kristin tumbuh menjadi seorang wanita yang sukses dan mandiri. Ia menjadi seorang penulis terkenal dan buku-bukunya banyak dibaca oleh orang-orang. Kristin juga aktif dalam kegiatan sosial untuk membantu anak-anak yang mengalami kekerasan dalam keluarga.

Kristin tidak pernah melupakan masa lalunya yang kelam. Ia menjadikannya sebagai pelajaran dan motivasi untuk menjadi orang yang lebih baik. Kristin ingin semua anak di dunia ini bisa merasakan cinta dan kasih sayang dari keluarga mereka.

Tamat

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

"Sore Itu":

Oleh: Andik Jemaur

Sore itu, aku berjalan di dekat kantin sekolah. Mataku terpaku pada sosok gadis cantik yang duduk di dekat patung Santa Klaus, ikon kebanggaan lembaga pendidikan ini. Tanpa ragu, kuhampiri dia dan kami berkenalan. Namanya Risa. Sejak sore itu, kami menjadi teman akrab. Setiap saat bersamanya, hatiku dipenuhi kebahagiaan. Aku menyadari bahwa aku telah jatuh cinta padanya. Namun, lidahku kelu untuk mengungkapkan perasaan yang bersemi di dada.

Hari-hari berlalu begitu cepat. Aku dan Risa semakin dekat. Kami sering menghabiskan waktu bersama di kantin, perpustakaan, atau sekadar berjalan-jalan di sekitar sekolah. Aku selalu berusaha mencari topik pembicaraan yang menarik agar Risa tidak merasa bosan. Sesekali, kami belajar bersama dan saling membantu dalam memahami pelajaran yang sulit.

Suatu sore, sepulang sekolah, aku memberanikan diri untuk mengajak Risa ke taman kota. Kami duduk di bangku taman sambil menikmati pemandangan matahari terbenam yang indah. Aku merasakan jantungku berdebar kencang. Inilah saat yang tepat untuk mengungkapkan perasaanku.

"Risa," aku memulai pembicaraan dengan gugup, "ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu."

Risa menatapku dengan tatapan penuh tanya. Aku menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan.

"Aku... aku suka kamu, Risa," ucapku akhirnya. "Aku sudah lama menyukaimu. Kamu adalah gadis yang baik, pintar, dan cantik. Aku merasa nyaman dan bahagia setiap kali bersamamu."

Risa terdiam sejenak. Aku menunggu jawabannya dengan harap-harap cemas.

"Aku juga suka kamu," jawab Risa dengan tersenyum manis. "Aku sudah lama merasakan hal yang sama. Aku senang kita bisa menjadi teman dekat dan aku berharap hubungan kita bisa berlanjut lebih dari sekadar teman."

Aku tidak bisa menyembunyikan kebahagiaanku. Aku tersenyum lebar dan menggenggam tangan Risa.

"Aku berjanji akan selalu ada untukmu, Risa," ucapku dengan tulus. "Aku akan menjagamu dan membuatmu bahagia."

Risa mengangguk dan membalas genggaman tanganku. Sore itu, menjadi sore yang tidak akan pernah aku lupakan. Aku telah menemukan cinta pertamaku di sekolah ini. Aku berharap, kisah cintaku dengan Risa akan berjalan indah dan bersemi selamanya.

SELESAI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tak Ada yang Lebih Bahagia dari Hari Ini

Oleh: Brian Rahat

Malam itu sunyi. Di balik jendela kaca yang berembun, bintang-bintang bertaburan di langit Desember yang dingin. Aku duduk di depan perapian, menyesap cokelat panas yang mengepulkan aroma manis. Dalam dekap dinginnya malam, aku beradu bersama sunyi, berusaha menenangkan diri sambil menunggu si paling istimewa.

Desember memang bulan yang istimewa. Ia enggan redup, seolah malu dibuat kalah oleh kerlip lampu-lampu Natal yang menghiasi setiap sudut kota. Segalanya telah kusiapkan sesempurna mungkin, tanpa sedikit pun kubiarkan kekurangannya muncul. Mulai dari helai rambut paling atas hingga ujung kuku terpanjang kakiku. Mulai dari kadar keharuman parfumku sampai dengan ketebalan minyak rambut yang kugunakan. Tak lupa, kuperhatikan pula hal-hal teknis tentang kelancaran perjalanan, seperti kondisi bahan bakar, kebersihan kendaraan, dan keadaan ban yang harus utuh.

Tanpa sedikit keraguan, kunyalakan mesin mobil, melaju memecah keheningan malam. Jalanan lengang, hanya sesekali mobil lain berpapasan. Sambil menyetir, aku membayangkan wajahnya, senyumnya, dan tawanya. Kami berkenalan di Instagram, lalu berlanjut ke WhatsApp. Malam ini adalah malam kencan pertama kami.

Berbagi cerita pun dimulai. Taman-taman gereja kami lalui dengan penuh tawa, seolah mengalahkan terangnya rembulan. Setiap bintang yang kami lihat seolah menjadi saksi bisu harapan kami untuk terus bersama. Dinginnya malam Natal membuat kami tak ingin terpisah dari perasaan penuh hangat yang mampu mendamaikan jiwa. Intinya, malam Natal 2024 adalah malam Natal yang paling bahagia. Tak ada yang lebih bahagia.

Setelah malam ini, aku berharap kami akan terus bersama. Bersama dalam setiap malam Natal berikutnya. Namun, takdir berkata lain. Malam itu menjadi malam Natal terakhir yang kami rayakan bersama. Beberapa minggu setelahnya, dia pergi, meninggalkan aku dalam kehampaan yang tak terhingga.

Aku masih ingat dengan jelas malam itu. Senyumnya, tawanya, dan tatapannya yang penuh cinta. Semua itu masih tersimpan rapi dalam ingatanku. Setiap malam Natal tiba, aku selalu merindukannya. Aku merindukan kehangatan pelukannya, sentuhan tangannya, dan suara tawanya.

Malam Natal tahun ini, aku duduk sendirian di depan perapian. Aku memandangi foto-foto kami berdua, air mataku mulai menetes. "Andai saja kamu ada di sini," gumamku lirih. Tiba-tiba, aku merasakan kehangatan di sekitarku. Aku menoleh, dan melihatnya berdiri di sana, tersenyum padaku. "Selamat Natal," ucapnya lembut.

Aku tidak bisa berkata apa-apa. Aku hanya bisa memeluknya erat, merasakan kehangatannya kembali. "Aku selalu bersamamu," bisiknya di telingaku. "Di setiap malam Natal, di setiap waktu."

Aku tahu, dia telah pergi. Tapi, aku juga tahu, dia akan selalu ada di hatiku. Malam Natal ini, aku tidak lagi merasa sendiri. Aku tahu, dia bersamaku, merayakan Natal bersamaku. Meskipun hatiku masih terasa sakit, aku bisa merasakan kedamaian dan kebahagiaan. Aku tahu, dia ingin aku bahagia.

Mulai sekarang, setiap malam Natal akan menjadi kenangan indah tentang kami. Aku akan selalu mengingatnya, mengenang cintanya, dan merayakan Natal bersamanya, dalam hatiku. Tak ada yang lebih bahagia dari hari ini, karena aku tahu, cintanya akan selalu hidup dalam diriku.

SELESAI

 

 

 

 

 

"Tentang Rasa di Musim Hujan"

Oleh: Venel Rosari

 

"Vania, menurutmu apakah persahabatan antara cowok dan cewek itu mungkin?" tanya Fenel sambil menyeruput teh hangatnya. Hujan masih setia menemani mereka sore itu, menciptakan suasana sendu yang entah mengapa cocok dengan suasana hati Fenel.

Vania, sahabatnya sejak kecil, mengernyitkan dahi. "Mungkin saja, Fenel. Kenapa kamu tiba-tiba bertanya begitu?"

Fenel menghela napas panjang. "Aku... aku suka sama Reno. Tapi dia kan sahabatku juga. Aku takut kalau perasaanku ini malah merusak persahabatan kami."

Vania mengangguk mengerti. "Aku tahu kamu sudah lama suka sama Reno. Tapi kamu selalu ragu untuk mengungkapkannya. Sekarang kenapa tiba-tiba jadi bimbang begini?"

"Soalnya aku lihat Reno dekat sama cewek lain. Mereka sering jalan bareng, belajar bareng. Aku jadi takut kalau Reno ternyata punya perasaan yang sama dengan cewek itu," jawab Fenel dengan nada lesu.

Vania meraih tangan Fenel dan menggenggamnya erat. "Fenel, dengar aku. Kamu nggak akan pernah tahu kalau kamu nggak pernah mencoba. Kalau kamu memang suka sama Reno, ungkapkan saja. Soal hasilnya, itu urusan nanti. Yang penting kamu sudah berani jujur sama perasaanmu sendiri."

Fenel terdiam sejenak, mencerna kata-kata Vania. Ada benarnya juga. Selama ini dia terlalu takut untuk mengambil langkah, terlalu khawatir dengan penolakan. Tapi Vania benar, dia tidak akan pernah tahu jika tidak mencoba.

"Tapi bagaimana kalau Reno ternyata tidak punya perasaan yang sama denganku? Bagaimana kalau dia malah menjauhiku?" tanya Fenel dengan suara bergetar.

Vania tersenyum lembut. "Fenel, kamu harus percaya sama dirimu sendiri. Kalau Reno memang sahabat yang baik, dia pasti akan menghargai perasaanmu, meskipun dia tidak bisa membalasnya. Dan kalaupun dia menjauhi kamu, itu berarti dia bukan orang yang tepat untukmu."

Fenel menatap Vania dengan mata berkaca-kaca. "Terima kasih, Vania. Kamu selalu ada untukku."

Vania membalas tatapan Fenel dan mengangguk. "Itu sudah tugasku sebagai sahabatmu. Sekarang, yang perlu kamu lakukan adalah memikirkan cara untuk mengungkapkan perasaanmu ke Reno."

Fenel tersenyum lega. Setelah berbicara dengan Vania, beban di hatinya terasa sedikit berkurang. Dia jadi lebih bersemangat untuk menghadapi kenyataan, apapun hasilnya nanti.

"Aku akan memikirkannya," jawab Fenel mantap. "Tapi aku butuh bantuanmu, Vania. Bantu aku menyusun rencana."

Vania tertawa. "Tentu saja! Aku akan membantumu sekuat tenaga. Kita akan membuat rencana yang paling romantis dan tak terlupakan untuk Reno."

Fenel ikut tertawa. Dia tahu, bersama Vania, dia bisa menghadapi segala rintangan. Persahabatan mereka adalah sumber kekuatan dan inspirasinya.

Hujan masih terus turun, tapi hati Fenel sudah tidak lagi sendu. Dia yakin, setelah hujan pasti akan ada pelangi. Dan setelah keberaniannya mengungkapkan perasaan, pasti akan ada kebahagiaan yang menantinya.

SELESAI

 

 

 

 

"Ujung Penantian"

Oleh: Cici Aslin

Kali ini aku tak lagi menanti, kalau kamu tak ingin memutuskan juga, maka akulah yang akan ambil keputusan. Aku tak bisa terus berdiam diri saja, setidaknya aku tahu aku harus bersikap seperti apa dalam manjalani hubungan di anatara kita. Sudah berpuluh kudustakan cinta lelaki hanya krena penantian ini, semua karena aku mencari sosokmu di dalam diri mereka. Jadi sore ini aku niatkan untuk mengakhiri semua yang tak pasti.

sudah lama kita begini, jalan bersama tanpa ada kejelasan status. Awalnya aku menikmati dan memaklumi semuanya, kau selalu ada saat aku butuh pun sebaliknya. kau selalu bilang bahwa kau merasa nyaman berada dekat denganku, bisa cerita apapun sesukamu. Saat-saat kebersamaan kita juga turut membiusku. Aku tak bisa jadi diriku sendiri, meski tak ada "i love you" saat badai menghempas tapi aku tahu kau akan kembali ke dermagaku.

Secangkir kopi kesukaanmu sudah kuracikkan, meja di sudut sudah kupesan. Setengah jam terlewati, gerimis di luar makinm enambah lara hatiku. Satu jam kemudian baru kuterima pesan, "maaf mendadak aku harus keluar kota". Lekas aku membalas pesan singkatnya "aku juga pamit dari hidupmu"

Air mata akhirnya jatuh juga, bercampur dengan sisa kopi yang tak sempat kuminum. Aku meninggalkan kafe itu dengan hati hancur, namun juga lega. Setidaknya, aku sudah mengambil keputusan. Aku tidak lagi menunggu sesuatu yang tidak pasti.

Hari-hari berlalu. Aku mencoba menjalani hidup baru, tanpa bayang-bayangmu. Aku mulai membuka diri pada lelaki lain, mencoba mencari kebahagiaan yang sempat hilang. Namun, setiap kali aku mencoba, bayanganmu selalu hadir. Aku masih ingat jelas setiap senyum meyakin darimu, setiap kata yang kau ucapkan.

Suatu malam, aku tidak sengaja bertemu denganmu di sebuah restoran. Kau datang bersama seorang wanita. Aku mencoba untuk tidak memperdulikanmu, namun hatiku tetap saja berdebar kencang. Aku melihatmu tersenyum padanya, senyum yang dulu hanya untukku.

Setelah malam itu, aku semakin sadar bahwa aku tidak bisa melupakanmu. Aku masih mencintaimu, meskipun kau telah menyakitiku. Aku tahu, ini adalah sebuah kesalahan, namun aku tidak bisa menahan perasaanku.

Aku menghubungimu, mengajakmu bertemu. Awalnya kau ragu, namun akhirnya kau setuju. Kita bertemu di sebuah taman, tempat yang dulu sering kita kunjungi. Kita berbicara, dan aku mengungkapkan semua yang aku rasakan. Kau mendengarkanku dengan seksama, tanpa memotong perkataanku. Setelah aku selesai berbicara, kau terdiam cukup lama. Aku menunggu jawabanmu dengan jantung berdebar kencang.

"Aku minta maaf," akhirnya kau berkata. "Aku tahu aku salah. Aku tidak pernah bisa memberikanmu kepastian, dan aku tahu itu menyakitkanmu. Aku juga tidak tahu apa yang aku rasakan. Aku nyaman bersamamu, namun aku tidak tahu apakah itu cinta."

Aku terdiam, mencoba mencerna kata-katamu. Aku tahu, inilah jawaban yang selama ini aku takutkan. Aku tahu, kau tidak pernah mencintaiku seperti aku mencintaimu. "Aku mengerti," kataku akhirnya. "Aku tahu, aku tidak bisa memaksamu untuk mencintaiku. Aku hanya ingin kau tahu, bahwa aku akan selalu mencintaimu." Kau menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan. "Aku tidak tahu harus berkata apa," katamu. "Aku hanya berharap, kau bisa mendapatkan kebahagiaan

."Aku tersenyum, meskipun hatiku hancur. "Aku akan mencarinya," kataku. "Dan aku harap, kau juga akan menemukannya." Kita berpisah malam itu, dengan hati yang terluka. Aku tahu, ini adalah akhir dari kisah kita. Aku tidak lagi menantimu. Aku akan mencari kebahagiaanku sendiri, meskipun itu sulit.

Beberapa tahun kemudian, aku bertemu dengan seorang lelaki yang akhirnya bisa membuatku melupakanmu. Dia mencintaiku dengan tulus, dan aku juga mencintainya. Kami menikah dan memiliki keluarga yang bahagia.

 

Suatu hari, aku tidak sengaja bertemu denganmu lagi. Kau sudah menikah dan memiliki seorang anak. Kita berbicara, dan kau mengucapkan selamat atas pernikahanku. Aku juga mengucapkan selamat atas keluargamu.

Kita berdua telah menemukan kebahagiaan kita masing-masing. Aku tidak lagi menyesali masa lalu. Aku berterima kasih atas semua yang telah terjadi, karena itu telah membuatku menjadi seperti sekarang ini. Aku tidak lagi menantimu. Aku telah menemukan ujung penantianku.

SELESAI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Untuk Pertama Kalinya

Oleh: Julio Raya

Siang itu begitu terik. Kumpulan awan putih berarak di langit, saling berkomplot membentuk gumpalan-gumpalan raksasa. Angin bertiup sepoi-sepoi, dunia terasa begitu pengap. Di sudut kota yang hiruk pikuk oleh suara kendaraan dan pabrik, aku menunggumu dengan hati berbunga-bunga di sebuah kedai kopi tua. Dalam bayangku, kau sebentar lagi akan menghampiri kedai ini, mengenakan kaos hitam dan celana jeans kesukaanmu. Waktu bergulir dengan cepat, namun penantianku semakin terasa panjang. Tak ada tanda-tanda kehadiranmu, setiap pengunjung yang masuk bukanlah dirimu.

Keringat mulai membasahi pelipisku, tenggorokanku terasa kering. Aku memesan es teh untuk melegakan dahaga. Mataku terus menyapu sekeliling kedai, berharap sosok yang kutunggu segera muncul. Namun, harapan itu tak kunjung tiba. Aku mulai gelisah, perasaan cemas dan kecewa bercampur aduk menjadi satu.

"Maaf, Mas, ini sudah jam tutup," suara pelayan kedai membuyarkan lamunanku. Aku tersadar, hari sudah semakin sore. Dengan langkah gontai, aku meninggalkan kedai kopi tua itu.

Di luar, langit masih terlihat sama, namun hatiku terasa berbeda. Aku berjalan menyusuri jalanan kota yang ramai, namun tak ada satu pun yang menarik perhatianku. Pikiranku dipenuhi olehmu, oleh penantian yang sia-sia ini.

Tiba-tiba, ponselku berdering. Sebuah pesan singkat dari nomor yang tidak kukenal.

"Maaf, aku tidak bisa datang. Ada urusan mendadak yang harus kuselesaikan. Lain kali kita pasti bertemu."

Aku terdiam, membaca pesan itu berulang-ulang. Hatiku hancur berkeping-keping. Aku tidak tahu harus marah atau sedih. Yang jelas, aku merasa sangat kecewa.

Ini adalah pertama kalinya aku merasa seperti ini. Dulu, aku selalu percaya bahwa kau akan selalu ada untukku. Tapi hari ini, kau telah membuktikan bahwa aku salah.

Aku tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Yang jelas, aku tidak ingin lagi merasakan sakit hati seperti ini. Aku harus belajar untuk tidak terlalu berharap, agar tidak terlalu kecewa.

Mungkin, ini adalah pelajaran yang berharga. Bahwa cinta tidak selalu berbalas, dan bahwa hidup tidak selalu berjalan sesuai dengan apa yang kita inginkan.

Aku akan mencoba untuk menerima kenyataan ini. Meskipun sulit, aku harus bisa melupakanmu. Aku harus bisa melanjutkan hidupku tanpamu.

TAMAT

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

"Nirmala dan Waktu"

Oleh: Bella Liman

Di suatu kota hiduplah seorang anak berama Nirmala Cahyani Putri. dia berumur 14 tahun, duduk di bangku kelas 8 SMP. Nirmala anak baik yang taat kepada orang tua dan tidak pernah melawan begitu pun kedua orang tuanya. dia adalah anak tunggal.

Suatu hari mereka duduk di belakang rumah sebagai tempat qualiti time bersama keluarga untuk membahas kelanjutan sekolah dari putri mereka. "Mala kamu gak mau pacaran" tanya ayahnya. "Gak mau yah, aku mau sukses dulu baru pacaran" Mala jawab dengan antusiasnya. ibu Nirmala malah tertawa mendengar penrnyataan suaminya tersebut. " Mala, tapi nanti kalau kamu punya pacar, tolong jangan lupa diri, tetap rajin belajar dan jadi anak baik" kata ayahnya. "Iya ayah, mala selalu ingin menjadi yang terbaik apalagi hal-hal positif" jawab Nirmala kepada ayahnya.

Mala adalah siswa berprestasi, dia sering mengikuti perlombaan dan menjadi kejuaraan. Nirmala sangat baik kepada semua orang. Situasinya pun berubah ketika Nirmala masuk duduk di bangku SMA. semua hal bersifat positif dalam dirinya telah hilang, hingga pada suatu hari ayahnya marah besar, karena Mala pulang larut malam. "Mala, bisakah kamu pulang tepat waktu, kami khawatir sama kamu. Mobil sama motor kamu ayah sita nanti" kata ayahnya dengan nada emosi. "wajarlah aku kayak gini ayah, ayah sama ibu tidak perlu khawatir, akukan udah gede" sambung nirmala dengan nada marah. "Mala kamu belum tahu jadi orang tua nak, kami khawatir, apalagi dengan cara kamu berpakyan yang kurang sopan". Ibu Nirmala turut bersuara dengan nada penuh saran.

"Nirmala, menyadari perilakunya dan dia pun memeluk ayah ibunya. Dia merasa bersalah atas perilakunya selama ini. ada penyesalan dalam dirinya. kemudian diapun berjanji dengan keua orangtuanya untuk tidak melakukan hal yang mengecewakan ke dua orang tuanya.

Nirmala memejamkan mata, air matanya menetes membasahi pipi. Hatinya hancur menyadari betapa jauh ia telah menyimpang dari nilai-nilai yang selama ini ia junjung tinggi. Ia teringat akan masa kecilnya, saat ia selalu bersemangat belajar, meraih prestasi, dan menjadi kebanggaan kedua orang tuanya.

"Ayah, Ibu, maafkan aku," ucap Nirmala dengan suara bergetar. "Aku janji akan berubah. Aku akan kembali menjadi Nirmala yang dulu, yang selalu berusaha menjadi yang terbaik dalam segala hal positif."

Kedua orang tua Nirmala saling berpandangan, mata mereka berkaca-kaca. Mereka tahu, perubahan tidak terjadi dalam semalam. Namun, mereka percaya pada ketulusan niat putri mereka. "Nak, kami percaya padamu," kata ayah Nirmala sambil mengusap lembut rambut putrinya. "Kami akan selalu ada di sini untukmu, mendukungmu dalam setiap langkahmu." "Iya, Nak," timpal ibu Nirmala. "Ingatlah, waktu tidak bisa diputar kembali. Jangan sia-siakan masa mudamu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Kejarlah impianmu, raihlah cita-citamu."

Nirmala mengangguk, hatinya dipenuhi tekad yang kuat. Ia berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak lagi mengecewakan kedua orang tuanya. Ia akan belajar dengan giat, meraih prestasi, dan kembali menjadi kebanggaan keluarga.

Sejak saat itu, Nirmala mulai menata kembali hidupnya. Ia mengurangi aktivitas yang tidak penting, lebih fokus pada belajar, dan memperbanyak kegiatan positif. Ia juga berusaha menjaga komunikasi yang baik dengan kedua orang tuanya, menceritakan tentang kegiatan sehari-harinya, dan meminta nasihat mereka.

Waktu berlalu, Nirmala tumbuh menjadi gadis yang semakin dewasa dan bijaksana. Ia berhasil meraih cita-citanya, menjadi seorang wanita muda yang sukses dan mandiri. Ia tidak pernah melupakan nasihat kedua orang tuanya, bahwa waktu adalah sesuatu yang sangat berharga.

Nirmala belajar menghargai setiap detik yang ia miliki. Ia menggunakan waktunya untuk hal-hal yang bermanfaat, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Ia aktif dalam kegiatan sosial, membantu sesama yang membutuhkan, dan memberikan inspirasi bagi banyak orang.

SELESAI

 

Daerahku Gotong Royong Pesta Sekolah, Tapi Hasilnya Kadang Salah Sumbang

Oleh: Heren Berdi

Sebuah desa yang terletak di pelosok Kabupaten, Nusa Tenggara Timur, memiliki tradisi unik yang diwariskan secara turun-temurun. Tradisi ini bernama "Pesta Sekolah," sebuah perayaan yang diadakan untuk siswa-siswi yang baru saja menyelesaikan pendidikan menengah atas. Tujuan awalnya sangat mulia, yaitu membantu meringankan beban biaya orang tua agar anak-anak mereka dapat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

Pesta Sekolah ini bukanlah pesta biasa. Ini adalah pesta gotong royong, di mana seluruh masyarakat desa ikut serta menyumbangkan dana seikhlasnya. Sumbangan ini akan dikumpulkan dan diberikan kepada siswa yang bersangkutan sebagai bekal mereka melanjutkan pendidikan. Sebuah tradisi yang sangat indah, mencerminkan nilai-nilai kebersamaan dan kepedulian yang kuat.

Namun, seiring berjalannya waktu, tradisi ini mulai mengalami pergeseran makna. Niat baik yang awalnya menjadi landasan tradisi ini, kini mulai terkikis oleh kepentingan-kepentingan pribadi. Pesta Sekolah yang seharusnya menjadi ajang gotong royong, kini berubah menjadi ajang pamer kekayaan dan status sosial.

Tak hanya itu, beberapa orang tua dan siswa mulai memanfaatkan pesta ini sebagai cara untuk mengembalikan modal. Mereka berharap, dengan mengadakan pesta yang mewah, sumbangan yang terkumpul akan melebihi biaya yang telah mereka keluarkan. Bahkan, ada beberapa siswa yang sebenarnya tidak ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, tetapi tetap mengadakan pesta dengan harapan mendapatkan uang sumbangan yang besar.

Hal ini tentu saja menimbulkan dilema di kalangan masyarakat. Di satu sisi, mereka ingin melestarikan tradisi Pesta Sekolah sebagai bentuk gotong royong dan dukungan terhadap pendidikan. Namun di sisi lain, mereka juga merasa khawatir dan tidak nyaman dengan pergeseran makna yang terjadi.

Suatu hari, seorang tokoh masyarakat bernama Bapak Antonius, yang juga merupakan seorang guru di SMA Negeri di desa tersebut, mencoba untuk mencari solusi atas permasalahan ini. Ia mengumpulkan para tetua adat, tokoh agama, dan perwakilan masyarakat untuk berdiskusi tentang masa depan tradisi Pesta Sekolah.

"Kita semua sepakat bahwa tradisi ini sangat baik, namun kita juga tidak bisa menutup mata terhadap kenyataan bahwa ada penyimpangan di dalamnya," ujar Bapak Antonius membuka diskusi.

"Saya setuju, Pak. Dulu, pesta ini benar-benar bertujuan untuk membantu anak-anak yang ingin kuliah. Tapi sekarang, saya lihat banyak yang hanya ikut-ikutan saja," timpal seorang tetua adat.

"Ini semua karena kurangnya pengawasan dan kesadaran dari kita semua," sahut seorang tokoh agama.

Setelah berdiskusi panjang, mereka akhirnya menemukan beberapa solusi. Pertama, mereka sepakat untuk memperketat pengawasan terhadap pelaksanaan Pesta Sekolah. Mereka membentuk tim yang bertugas untuk memantau dan mengevaluasi setiap pesta yang diadakan. Tim ini juga bertugas untuk memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga niat baik dari tradisi Pesta Sekolah.

Kedua, mereka sepakat untuk membuat aturan yang lebih jelas mengenai penggunaan dana sumbangan. Mereka menetapkan bahwa dana sumbangan hanya boleh digunakan untuk keperluan pendidikan, seperti biaya kuliah, buku, atau perlengkapan sekolah lainnya.

Ketiga, mereka mengajak seluruh masyarakat untuk lebih peduli dan berpartisipasi aktif dalam menjaga tradisi Pesta Sekolah. Mereka menyadari bahwa perubahan tidak bisa dilakukan hanya oleh segelintir orang, tetapi membutuhkan dukungan dari seluruh masyarakat.

Sejak saat itu, tradisi Pesta Sekolah di desa tersebut mulai kembali ke jalur yang benar. Masyarakat mulai menyadari pentingnya menjaga niat baik dari tradisi ini. Mereka mulai malu untuk memanfaatkan pesta ini untuk kepentingan pribadi.

Namun, perubahan ini tentu tidak terjadi secara instan. Butuh waktu dan proses yang panjang untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap tradisi Pesta Sekolah. Bapak Antonius dan tokoh masyarakat lainnya terus berupaya untuk memberikan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat. Mereka juga terus memantau dan mengevaluasi pelaksanaan Pesta Sekolah dari waktu ke waktu.

Mereka berharap, tradisi Pesta Sekolah akan tetap menjadi bagian dari budaya di desa tersebut. Sebuah tradisi yang tidak hanya membantu meringankan beban biaya pendidikan, tetapi juga menjadi simbol kebersamaan, kepedulian, dan semangat gotong royong yang kuat.

SELESAI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pili Welu

Oleh: Keran Nggiring

Matahari mulai menyingsing, sinarnya perlahan menembus kabut pagi yang masih menyelimuti Desa Wae Laku, Manggarai. Udara segar dan dingin menusuk kulit, namun semangat para petani tak surut. Hari ini adalah hari "Pili Welu", hari memanen kemiri dari kebun.

Pak Anton, dengan topi caping di kepala dan keranjang anyaman di tangan, berjalan menyusuri jalan setapak yang menanjak menuju kebun kemirinya. Langkahnya mantap, meskipun usianya sudah tidak muda lagi. Di belakangnya, sang istri, Mama Maria, mengikuti dengan membawa bekal makan siang.

Kebun kemiri Pak Anton terletak di lereng bukit, menghampar luas dengan pohon-pohon kemiri yang rindang. Buah kemiri yang sudah tua dan jatuh ke tanah menjadi pemandangan yang menakjubkan. Pak Anton dan Mama Maria segera memulai pekerjaan mereka. Dengan cekatan, mereka mengumpulkan buah kemiri yang berjatuhan, memisahkan yang bagus dari yang busuk.

"Pili welu memang pekerjaan yang berat, Ma," kata Pak Anton sambil menyeka keringat di dahi.

"Iya, Pak. Tapi kita harus tetap semangat. Hasil pili welu ini nanti bisa kita gunakan untuk biaya sekolah anak-anak," jawab Mama Maria dengan nada penuh semangat.

Pak Anton mengangguk setuju. Ia teringat akan anak-anaknya yang sedang merantau di kota untuk menempuh pendidikan. Semangatnya semakin berkobar. Ia ingin memberikan yang terbaik untuk masa depan anak-anaknya.

Setelah seharian bekerja, keranjang-keranjang penuh dengan buah kemiri telah terkumpul. Pak Anton dan Mama Maria beristirahat sejenak di bawah pohon kemiri yang rindang. Mereka menikmati bekal makan siang yang dibawa dari rumah.

"Ma, ingat waktu kita pertama kali mulai bertani kemiri?" tanya Pak Anton sambil tersenyum.

"Tentu saja, Pak. Dulu kita hanya punya beberapa pohon kemiri. Sekarang, kebun kita sudah luas seperti ini," jawab Mama Maria dengan nada bangga.

Pak Anton dan Mama Maria adalah contoh pasangan petani yang gigih dan pekerja keras. Mereka tidak pernah menyerah meskipun сталкиваются dengan berbagai kesulitan. Hasil "pili welu" mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, membayar biaya sekolah anak-anak, dan bahkan untuk mengembangkan kebun kemiri mereka.

Malam harinya, Pak Anton dan Mama Maria duduk di teras rumah mereka. Mereka menghitung hasil "pili welu" hari ini.

"Lumayan, Pak. Hasil penjualan kemiri ini bisa untuk tambahan biaya sekolah anak-anak," kata Mama Maria.

"Iya, Ma. Kita harus terus bekerja keras agar anak-anak kita bisa meraih cita-citanya," jawab Pak Anton.

Pak Anton dan Mama Maria adalah potret orang tua yang penuh kasih sayang. Mereka berjuang tanpa lelah demi kebahagiaan anak-anak mereka. Semangat "pili welu" mereka adalah cerminan keteguhan hati dan harapan akan masa depan yang lebih baik.

Selesai

 

 

 

 

 

Cinan dan Juve

Oleh: Grace Masur

Februari 2018 menjadi saksi bisu tumbuhnya asmara antara Cinan dan Juve. Keduanya, yang dipertemukan di bangku SMA, merasakan getaran cinta yang kuat. Hari Valentine di tahun itu menjadi lembaran baru kisah kasih mereka. Cinan, dengan senyum manisnya, menerima ungkapan cinta Juve yang tulus.

Hari-hari mereka lalui dengan penuh warna. Cinan dan Juve selalu bersama, entah itu belajar bersama, menonton film, atau sekadar jalan-jalan sore. Keduanya saling melengkapi, Cinan dengan sifatnya yang ceria dan Juve dengan sifatnya yang tenang.

Namun, takdir berkata lain. Setelah lulus SMA, Cinan dan Juve harus berpisah karena melanjutkan kuliah di kota yang berbeda. Cinan memilih untuk mengejar mimpinya di Jakarta, sementara Juve memilih untuk tetap di Bandung.

Meskipun jarak memisahkan, keduanya berjanji untuk tetap menjaga hubungan. Mereka berdua berjanji akan saling setia. Namun, seiring berjalannya waktu, janji itu mulai pudar. Kesibukan kuliah dan lingkungan baru membuat Cinan dan Juve semakin jarang berkomunikasi.

Hingga akhirnya, muncul orang ketiga dalam kehidupan mereka. Cinan bertemu dengan seorang pria yang juga berkuliah di Jakarta. Pria itu, yang bernama Raga, berhasil mencuri hati Cinan. Sementara itu, Juve juga menemukan kebahagiaan baru dengan seorang wanita yang dikenalnya di kampus.

Cinan dan Juve pun memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka. Meskipun berat, keduanya sadar bahwa mereka harus menerima kenyataan. Mereka harus merelakan satu sama lain dan membuka lembaran baru dalam kehidupan masing-masing.

Waktu berlalu begitu cepat. Tujuh tahun telah berlalu sejak Cinan dan Juve berpisah. Keduanya telah menjalani kehidupan masing-masing. Cinan telah menikah dengan Raga dan dikaruniai seorang anak. Sementara itu, Juve masih fokus dengan karirnya.

Suatu hari, takdir mempertemukan kembali Cinan dan Juve di sebuah acara reuni SMA. Keduanya terkejut, namun juga bahagia bisa bertemu kembali. Saat mata mereka bertemu, perasaan cinta yang dulu pernah mereka rasakan kembali hadir. Keduanya menyadari bahwa cinta mereka masih sama seperti dulu.

Setelah pertemuan itu, Cinan dan Juve mulai berkomunikasi. Mereka saling bercerita tentang kehidupan masing-masing. Keduanya pun menyadari bahwa mereka masih saling mencintai.Cinan dan Juve akhirnya memutuskan untuk kembali bersama. Mereka berdua percaya bahwa takdir memang предназначен untuk mereka bersama.

SELESAI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

"Cinta Banyak Cara"

Oleh: Falni

Ani tertegun. Pemandangan di Sekolah Luar Biasa itu benar-benar menyentuh hatinya. Anak-anak dengan berbagai keterbatasan, namun semangatnya luar biasa. Mereka belajar, bermain, dan berinteraksi dengan gembira. Ani melihat seorang anak laki-laki dengan kursi roda sedang melukis dengan kuas di antara jari-jari kakinya. Hasilnya? Lukisan indah yang penuh warna.

Sejak hari itu, Ani tidak bisa melupakan SLB. Setiap hari, bayangan anak-anak disabilitas itu hadir di benaknya. Ia ingin melakukan sesuatu, memberikan kontribusi nyata. Ide kreatif pun muncul di benaknya. Ia mulai belajar merajut. Awalnya sulit, jarinya kaku dan benang seringkali kusut. Namun, Ani tidak menyerah. Dengan ketekunan dan kesabaran, ia mulai mahir membuat topi rajut, baju rajut wol, tas, taplak meja, dan berbagai kerajinan lainnya.

Suatu sore, Ani kembali mengunjungi SLB. Ia membawa serta hasil karyanya. Anak-anak disabilitas sangat senang melihat warna-warni rajutan Ani. Mereka menyentuh, mencoba, dan tertawa riang. Ani kemudian menawarkan untuk mengajari mereka merajut. Awalnya, mereka ragu. Namun, dengan penuh kesabaran, Ani membimbing mereka langkah demi langkah.

Hari demi hari, Ani menjadi guru merajut bagi anak-anak disabilitas di SLB. Ia melihat bagaimana mereka mulai percaya diri dengan kemampuan baru mereka. Mereka tidak lagi merasa minder dengan keterbatasan fisik mereka. Mereka bahkan mulai berani menjual hasil rajutan mereka kepada teman-teman, guru, atau orang tua siswa.

Ani sangat bahagia. Ia melihat cinta bisa diwujudkan dalam banyak cara. Tidak hanya dengan kata-kata, tetapi juga dengan tindakan nyata. Ia telah memberikan harapan baru bagi anak-anak disabilitas. Mereka kini memiliki keterampilan yang bisa mereka gunakan untuk meraih mimpi-mimpi mereka.

Suatu hari, Ani mendapat kabar bahwa salah satu anak didiknya, seorang gadis bernama Rina, berhasil memenangkan lomba kerajinan tangan tingkat kabupaten. Rina membuat tas rajut yang indah dengan motif bunga-bunga. Ani sangat terharu. Ia tahu, Rina memiliki bakat yang luar biasa.

"Cinta memang banyak cara," kata Ani sambil tersenyum. Ia percaya, setiap orang memiliki potensi untuk berkarya dan berprestasi, tanpa terkecuali.

SELESAI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Di Akhir Cerita

Oleh: Preserverandi Ndarung

Di sebuah desa terpencil yang dikelilingi hutan lebat, hiduplah seorang peramal muda bernama Deo. Ia dikenal karena kemahirannya dalam meramal, terutama dalam hal percintaan. Ramalannya selalu tepat, membuat banyak orang dari berbagai penjuru datang untuk meminta petunjuk tentang hubungan mereka. Namun, ada satu hal yang selalu menjadi misteri bagi Deo: takdirnya sendiri.

Deo telah meramal ribuan orang, namun ia tak pernah bisa melihat jalan hidupnya sendiri. Setiap kali ia mencoba, kabut tebal selalu menghalangi penglihatannya. Hal ini membuatnya sangat sedih dan frustrasi. Ia merasa seperti seorang nakhoda yang handal, namun tidak memiliki peta untuk mencapai tujuannya sendiri.

Setiap malam, Deo bermeditasi di sebuah gua di puncak gunung, berharap mendapatkan petunjuk tentang takdirnya. Ia memohon kepada dewa untuk mengungkap rahasia jalan hidupnya. Suatu malam, dalam tidurnya yang lelap, Deo bermimpi aneh. Ia melihat seorang wanita berparas cantik dengan senyum yang menenangkan. Wanita itu berkata, "Kita akan bertemu di akhir cerita."

Deo terbangun dengan jantung berdebar kencang. Kata-kata wanita dalam mimpinya terus terngiang di benaknya. Apa maksud dari "akhir cerita"? Apakah itu berarti ia akan bertemu dengan wanita itu di akhir hidupnya? Atau ada makna lain yang tersembunyi di balik kata-kata itu?

Keesokan harinya, Deo memutuskan untuk pergi ke Duarexicinencis Park, sebuah taman yang terkenal dengan keindahan alamnya. Ia berharap, mungkin di sana ia akan mendapatkan jawaban atas mimpinya. Saat ia berjalan-jalan di taman, matanya tertuju pada seorang gadis yang duduk di bawah pohon rindang. Gadis itu sangat mirip dengan wanita dalam mimpinya.

Deo terpaku di tempatnya. Jantungnya berdebar kencang. Ia memberanikan diri untuk mendekati gadis itu. Saat mereka bertemu pandang, gadis itu tersenyum manis, membuat Deo salah tingkah. Namun, kebahagiaan Deo tidak berlangsung lama. Ia melihat seorang pria tampan datang menghampiri gadis itu dan memeluknya erat. Ternyata, gadis itu sudah memiliki kekasih.

Deo merasa kecewa dan sedih. Ia berpikir, mungkin mimpinya hanyalah bunga tidur belaka. Ia memutuskan untuk kembali ke desanya dengan hati hancur. Namun, takdir berkata lain. Beberapa bulan kemudian, kekasih gadis itu menikah dengan perempuan yang dijodohkan orang tuanya.. Gadis itu sangat sedih  dan selalu menyendiri.

Deo, yang merasa simpati, mencoba untuk mendekati gadis itu dan menghiburnya. Mereka menjadi semakin dekat dan saling jatuh cinta. Akhirnya, mereka memutuskan untuk menikah. Deo sangat bahagia. Ia akhirnya menemukan jawaban atas mimpinya. "Akhir cerita" bukanlah akhir hidupnya, melainkan akhir dari pencarian takdirnya. Ia bertemu dengan wanita dalam mimpinya dan menikah dengannya. Deo belajar bahwa takdir memang misterius, namun ia selalu memiliki cara yang unik untuk mempertemukan kita dengan jodoh kita.

SELESAI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

ISI HATI WALAU SEDIKIT TAPI MENYAKITI

Oleh: Fine Saputra

Siang itu, mentari bersinar terik, semangatku berkobar, siap untuk menimba ilmu di pelajaran Bahasa Indonesia. Namun, baru beberapa menit pelajaran dimulai, hatiku tiba-tiba terusik. Sebuah kalimat dari salah satu teman, entah disengaja atau tidak, menusuk perasaanku. Rasanya seperti ada duri kecil yang menghujam kalbuku, sakitnya terasa hingga ulu hati.

Amarahku hampir meledak, rasanya ingin sekali kulemparkan kursi yang kududuki. Namun, pikiran warasku masih bisa mengendalikan diri. Aku mencoba fokus pada pelajaran, tapi bayangan kata-kata teman itu terus berputar di benakku, membuatku sulit berkonsentrasi.

Waktu istirahat tiba, aku berjalan gontai menuju kantin, pikiran dipenuhi beban yang menyesakkan. Aku menceritakan semuanya kepada sahabatku, berharap mendapatkan sedikit kelegaan. Sahabatku dengan sabar mendengarkan keluhanku, lalu memberikan saran yang sangat berharga.

"Cobalah tulis semua yang kamu rasakan," ujarnya, "Tuangkan semua beban pikiranmu ke dalam tulisan. Siapa tahu, dengan begitu kamu bisa merasa lebih baik."

Aku mengikuti saran sahabatku. Kubuka buku catatan dan mulai menulis. Kata-kata yang tadinya hanya berputar di kepala, kini mengalir deras di atas kertas. Aku menulis tentang rasa sakit hati, kekecewaan, dan kemarahan yang kurasakan. Tanpa terasa, tulisanku sudah mencapai sepuluh halaman.

Setelah selesai menulis, aku merasa lega. Semua beban yang tadi membebani pikiranku seolah hilang bersama kata-kata yang kutulis. Aku merasa jauh lebih tenang dan damai. Aku berterima kasih kepada sahabatku yang telah memberiku saran yang sangat bermanfaat.

Sejak saat itu, aku menyadari betapa pentingnya menulis. Menulis bukan hanya sekadar melatih kemampuan berpikir kritis, tapi juga bisa menjadi tempat untuk mencurahkan isi hati. Dengan menulis, aku bisa melepaskan emosi negatif dan menemukan kedamaian dalam diri.

TAMAT

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kasih Sayang Seorang Sahabat

Oleh: Lion Putrawan

 

Mentari pagi menyinari gubuk kecil tempat Afka tinggal. Hari itu adalah hari Valentine, hari kasih sayang. Afka, seorang anak yatim piatu yang hidup serba kekurangan, tidak pernah merayakan hari istimewa ini. Namun, pagi itu ada yang berbeda.

Tiba-tiba, suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Afka. "Assalamualaikum," terdengar suara dari luar. Afka bergegas membuka pintu.

"Waalaikumsalam," jawab Afka. "Fal, ada apa pagi-pagi begini?"

Fal, sahabat Afka, anak seorang juragan kaya raya, berdiri di depan pintu sambil tersenyum lebar. Di tangannya, Fal membawa sebuah kotak yang dibungkus kertas kado berwarna merah muda.

"Selamat Hari Valentine, Afka!" seru Fal sambil menyodorkan kotak itu.

Afka terkejut. "Valentine? Aku tidak punya apa-apa untukmu, Fal," ucap Afka dengan nada sedih.

"Tidak apa-apa," jawab Fal. "Yang penting adalah ketulusanmu."

Afka menerima kado itu dengan perasaan haru. Ia membuka kotak itu perlahan. Di dalamnya, terdapat sebuah jaket tebal berwarna biru tua, sarung tangan, dan topi kupluk.

"Ini untukmu, Afka," kata Fal. "Aku tahu kamu selalu kedinginan saat musim hujan tiba. Semoga jaket ini bisa menghangatkanmu."

Afka tidak bisa berkata-kata. Air matanya mulai menetes. Ia memeluk Fal erat. "Terima kasih banyak, Fal," ucap Afka dengan suara bergetar. "Kamu adalah sahabat terbaikku."

Fal membalas pelukan Afka. "Aku senang kamu menyukainya," kata Fal. "Aku memang tidak bisa memberikanmu banyak hal, tapi aku akan selalu ada untukmu."

Mereka berdua kemudian berjalan-jalan di sekitar desa. Fal menceritakan tentang sekolahnya, teman-temannya, dan pelajaran-pelajaran yang ia pelajari. Afka mendengarkan dengan penuh minat. Ia sangat ingin bisa sekolah seperti Fal, tapi keadaan tidak memungkinkan.

"Kamu tidak perlu bersedih, Afka," kata Fal. "Meskipun kamu tidak sekolah, kamu tetap bisa belajar banyak hal dari buku-buku yang aku pinjam dari perpustakaan. Nanti aku akan meminjamkan buku-buku itu untukmu."

Afka tersenyum. Ia tahu, Fal adalah sahabat yang sangat baik. Meskipun mereka berbeda status sosial, Fal tidak pernah membeda-bedakan Afka. Fal selalu ada untuknya, dalam suka maupun duka.

Hari itu, Afka merasa sangat bahagia. Ia mendapatkan kado yang sangat berharga dari sahabatnya. Ia juga belajar bahwa kasih sayang tidak harus diukur dengan materi. Kasih sayang yang tulus, seperti yang diberikan Fal, jauh lebih berharga daripada apapun.

TAMAT

 

 

 

 

 

 

 

 

 

"  Kau dan Aku Sahabat Orang Ketiga"

Oleh: Kerin Duar

Senja itu, di sebuah kafe sudut kota, Patris duduk termenung. Matanya menerawang jauh, pikirannya dipenuhi tentang sahabatnya, Julia, dan kekasihnya, Delon. . Mereka adalah dua orang terdekatnya, namun kini, hubungan mereka terasa begitu rumit.

Patris, Julia, dan Delon ghktelah bersahabat sejak kecil. Mereka selalu bersama, berbagi suka dan duka. Namun, seiring berjalannya waktu, perasaan Arya terhadap Rina berubah. Ia mencintainya, namun ia слишком takut untuk mengungkapkannya. Ia takut persahabatan mereka akan rusak.

Suatu hari, Delon datang kepada Patris bahwa ia juga mencintai Julia. Patris terkejut, namun ia mencoba untuk menerima kenyataan itu. Ia tahu, Julia lebih memilih Patris. Sejak saat itu, Patris merasa menjadi orang ketiga di antara mereka. Ia selalu ada di dekat mereka, namun ia merasa tак terlihat. Ia selalu menjadi pendengar setia, tempat mereka berbagi cerita. Namun, ia tidak pernah bisa menjadi bagian dari cerita mereka.

Patris mencoba untuk merelakan Julia. Ia mencoba untuk berbahagia untuk mereka. Namun, semakin ia mencoba, semakin sakit rasanya. Ia merasa seperti pengkhianat, karena telah mencintai sahabatnya sendiri.

Suatu malam, Patris tidak bisa tidur. Ia terus memikirkan Julia dan Delon. Ia merasa bersalah karena telah mencintai Delon, namun ia juga tidak bisa membohongi perasaannya. Ia memutuskan untuk menulis surat untuk Julia.

Dalam suratnya, Patris mengungkapkan semua perasaannya. Ia mengatakan bahwa ia mencintai Julia, namun ia juga bahagia untuknya dan Delon. Ia juga mengatakan bahwa ia akan selalu ada untuk mereka, sebagai sahabat.

Keesokan harinya, Patris memberikan surat itu kepada Julia. Ia mengatakan bahwa ia tidak mengharapkan apa-apa, ia hanya ingin Julia tahu perasaannya. Julia terkejut membaca surat itu. Ia tidak pernah tahu bahwa Patris mencintainya.

Setelah membaca surat itu, Julia diam. Ia tidak tahu harus berkata apa. Ia juga mencintai Patris, namun ia sudah memilih Delon.  Tidak ingin menyakiti Patris, namun ia juga tidak bisa berbohongi perasaannya.

Julia memutuskan untuk berbicara dengan Patris. Ia mengatakan bahwa ia juga mencintai Patris, namun ia sudah memilih Delon. Ia mengatakan bahwa ia tidak ingin persahabatan mereka rusak karena cinta.

Patris mengerti. Ia tidak marah atau kecewa. Ia hanya sedih. Ia tahu, Julia tidak bisa menjadi miliknya. Namun, ia juga tahu, ia akan selalu mencintai Julia.

Sejak saat itu, Patris, Julia, dan Delon tetap bersahabat. Mereka belajar untuk menerima perasaan masing-masing. Mereka belajar untuk saling menghargai. Patris belajar untuk mencintai Julia dari jauh. Ia belajar untuk berbahagia untuknya dan Delon. Ia belajar untuk menjadi sahabat yang baik, meskipun hatinya masih sakit.

SELESAI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

"Manis Sekali Kau"

Oleh: Andik

Malam itu, Randi tidak bisa menahan rasa kagumnya. Setelah pertemuan singkat di kafe, ia langsung mencari nomor ponsel Fenel di daftar kontaknya. Dengan gugup, ia menekan tombol panggil.

"Halo?" suara Fenel terdengar di ujung sana.

"Haiii manis sekali kau," jawab Randi dengan nada bersemangat.

Fenel tertawa kecil. "Randi? Ini kamu? Aku juga kaget tadi. Kamu makin cerewet aja."

"Kamu makin cantik, Fenel. Bener-bener manis," balas Randi.

Mereka berdua terlarut dalam obrolan hangat malam itu. Rasanya seperti waktu berhenti berputar. Mereka saling bercerita tentang kehidupan masing-masing setelah berpisah selama kuliah. Randi bercerita tentang pekerjaannya sebagai arsitek di sebuah perusahaan ternama, sementara Fenel menceritakan pengalamannya sebagai seorang dokter muda di sebuah rumah sakit.

"Aku tidak menyangka bisa ketemu kamu lagi, Fenel.," ujar Randi dengan tulus.

"Aku juga, Randi. Waktu lihat kamu tadi, aku kaget," sahut Fenel.

Sejak malam itu, Randi dan Fenel semakin dekat. Mereka sering bertukar pesan, saling telepon, dan sesekali menyempatkan waktu untuk bertemu. Randi semakin terpesona dengan Fenel yang tidak hanya cantik, tetapi juga cerdas dan penuh perhatian. Fenel pun merasakan hal yang sama. Randi yang dulu dikenal sebagai sosok yang pendiam dan cuek, kini berubah menjadi pria yang hangat dan perhatian.

Suatu malam, Randi mengajak Fenel makan malam di sebuah restoran. Sambil menikmati hidangan lezat, Randi menggenggam tangan Fenel dan menatapnya dengan lembut.

"Fenel, aku tahu ini mungkin terlalu cepat, tapi aku nggak bisa menahan perasaan ini lagi. Aku suka sama kamu," ungkap Randi dengan gugup.

Fenel tersenyum manis. "Aku juga suka sama kamu, Randi. Dari dulu, aku memang sudah ada rasa sama kamu."

Randi terkejut mendengar pengakuan Fenel. Ia tidak menyangka bahwa perasaannya selama ini berbalas. Tanpa ragu, Randi memeluk Fenel erat.

"Aku janji akan membuat kamu bahagia, Fenel," bisik Randi di telinga Fenel.

"Aku percaya sama kamu, Randi," balas Fenel.

Sejak saat itu, Randi dan Fenel resmi berpacaran. Mereka menjalani hubungan yang romantic dan penuh cinta. Randi selalu berusaha membuat Fenel tersenyum, sementara Fenel selalu memberikan dukungan dan semangat untuk Randi.

Hingga suatu hari, Randi melamar Fenel di tempat mereka pertama kali bertemu, di kafe itu. Fenel menerima lamaran Randi dengan air mata bahagia. Mereka berdua berjanji akan menjalani hidup bersama, saling mencintai dan mendukung satu sama lain, selamanya.

TAMAT

 

 

 

 

 


Berikan Komentar

Alamat Email anda tidak akan ditampilkan. Wajib diisi untuk kolom *