“Aku ingin mencintaimu
dengan sederhana, dengan kata yang tak sempat disampaikan kayu kepada api yang
menjadikannya abu. Aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan isyarat yang
tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada” (Sapardi
Djoko Damono)
Catatan awal: Cinta Sebagai Kebutuhan Dasar Manusia
Pada
galibnya, manusia memiliki kebutuhan dasar dalam hidupnya. Salah satu kebutuhan
dasar yang dimiliki manusia adalah kebutuhan akan cinta atau kasih sayang.
Seorang psikoanalisis bernama Abraham Maslow mencoba untuk mengklasifikasikan
kebutuhan dasariah manusia secara hierarkis mulai dari kebutuhan dasar sampai
pada kebutuhan yang paling tinggi. Pengklasifikasian kebutuhan ini lazim
dikenal sebagai piramida Maslow. Dalam pengklasifikasian tersebut, Maslow
menempatkan Love/belonging (cinta
atau kasih sayang) pada tingkat yang ketiga. Love/belonging ini ditempatkan setelah kebutuhan akan rasa aman dan
nyaman (safety). Hal ini mengafirmasi
bahwa setelah memenuhi rasa aman dan nyaman (safety) manusia akan membutuhkan dan memperoleh cinta atau kasih
sayang (love/belonging).
Kebutuhan akan cinta
atau kasih sayang dalam piramida Maslow mencakup cinta, rasa sayang serta rasa
untuk memiliki atau dimiliki satu sama lain yang teramanifestasi melalui
hubungan pertemanan, persahabatan, pacaran dan keluarga. Semua cakupan ini
bermuara pada kepemilikan pasangan dan keturunan. Ketika manusia telah memiliki
dan menikmati kebutuhan akan rasa sayang maka manusia akan memperoleh rasa
percaya diri dan jiwa yang besar. Hal ini tentunya berpengaruh secara langsung
pada peningkatan aktualisasi diri seseorang. Sebagai contoh, individu yang
berasal dari keluarga bahagia atau rukun lebih percaya diri dan matang
ketimbang individu yang berasal dari keluarga broken home atau individu yang belum memiliki pasangan hidup
memiliki tingkat kecemasan paling tinggi ketimbang individu yang telah memiliki
pasangan hidup. Menurut Maslow, kebutuhan akan rasa cinta atau kasih sayang
bertalian erat dengan hubungan yang sehat, setia dan saling percaya. Faktum
menunjukkan bahwa ada begitu banyak hubungan pertemanan dan cinta sepasang
kekasih bahkan keluarga yang hancur berantakan karena kurangnya rasa percaya,
saling curiga dan pengkhianatan (Simulasikredit.com 07/02/2023).
Bertolak dari hal ini,
saya pun dapat menyimpulkan bahwa kebutuhan akan rasa sayang atau cinta ini
merupakan seuatu yang sangat urgen dalam kehidupan manusia. Aktualisasi diri
paling sempurna yang dimiliki manusia akan tercapai bila ia memiliki rasa cinta
atau sayang yang besar dalam dirinya. Dengan itu, ia akan membagikan rasa cinta
atau sayang itu kepada orang-orang yang berada di sekitarnya.
Cinta
Eros vs Cinta Agape
Secara
umum cinta itu bersifat ambivalen artinya bahwa pada satu sisi cinta
menampakkan hal-hal yang bernuansa positif dan di sisi lain cinta itu
menampakkan hal-hal yang negatif. Pertanyaan retoris yang mencuat adalah
benarkah cinta itu bersifat negatif? Berkenan dengan hal ini saya sedikit
banyak hendak menguraikan arti cinta yang dipahami oleh orang-orang Yunani.
Orang-orang Yunani memahami cinta dalam dua bentuk yakni cinta eros dan cinta
agape. Secara etimologis kata eros berasal dari kata bahasa Yunani yang berarti
sesuatu yang merangsang nafsu birahi atau hasrat seksualitas (turunan dari kata
erotik). Cinta ini tidak memandang orang lain sebagai person atau subyek
melainkan semata-mata sebagai obyek kepuasan. Relasi yang dibangun dalam cinta
eros adalah relasi syubyek-obyek. Hal yang diutamakan dalam cinta eros adalah
nafsu yang disebut sebagai ego. Dengan demikian eros merupakan cinta yang
terarah kepada orang lain tetapi ditujukan demi kepuasan pribadi. Dengan kata
lain, cinta ini terarah kepada diri sendiri sementara orang lain hanya dilihat
sebagai instrument pemuas nafsu bukan sebagai pribadi atau persona.
Sementara itu agape
merupakan kata bahasa Yunani yang berarti cinta yang tertinggi. Cinta ini tidak
melihat kualitas-kualitas yang ada di dalam diri seseorang (cantik, seksi,
lembut, ramah. dll) melainkan lebih melihat orang lain sebagai bagian dari diri
sendiri. Filsuf Gabriel Marcel menjabarkannya dengan bahasa yang mendalam bahwa
orang lain adalah aku yang lain. Aku melihat orang lain sebagai bagian dari aku
yang lain sebab aku dan yang lain adalah setara dan sama. Relasi yang terjalin
dalam jenis cinta ini adalah relasi subyek-subyek. Saya melihat orang lain
sebagai persona atau pribadi bukan sebagai barang. Karena itu, cinta agape
merupakan cinta otentik yang senantiasa berkorban dan menderita demi yang lain.
Ia mampu keluar dari ego pripadinya dan terarah serta terbuka kepada orang lain
yang dicintainya. Cinta agape merangkum segala sesuatu di mana ia melampui
jenis kelamin, cantik-jelek, kaya-miskin, pintar-bodoh. Cinta agapa tidak
memandang yang lain sebagai instrument atau alat melainkan sebagai pribadi yang
bermartabat (Kompasian, 07/02/2023).
Seorang
filsuf Eksistensialis, Martin Kierkegaard mencoba untuk membuat distingsi
ontologis antara cinta eros dan cinta agape. Pada mana keduanya saling
bertentangan dan saling tolak menolak. Pertama,cinta
eros bersifat egosentris di mana diri sendiri sebagai pusat cinta sedangkan
cinta agape bersifat teosentris di mana Tuhan sebagai sentral atau pusat cinta
itu. Kedua, cinta eros berkaitan
dengan cinta yang serakah sedangkan cinta agape berkaitan dengan pemberian diri
atau pengorbanan diri yang besar. Ketiga,
cinta eros berorientasi pada hal-hal duniawi sedangkan cinta agape berorientasi
pada eksistensi manusia. keempat,cinta
eros bersumber dari keinginan manusia sedangkan cinta agape bersumber pada
rahmat Allah. Kelima, cinta eros
mengarahkan ketertarikannya pada objek tertentu sedangkan cinta agape menyentuh
dan merangkum nilai dari keseluruhan objek (ibtimes.id, 07/02/2023).
Catatan
Akhir: Cinta Agape sebagai Karakteristik Dasariah Manusia
Sebagai manusia yang
hidup di zaman post-modern ini, tentunya kita membutuhkan cinta sebagai
kebutuhan dasariah kita. Lantas, cinta mana yang kita pilih dan akan kita
geluti. Apakah cinta eros yang bermuara pada pemenuhan kepuasan pribadi ataukah
cinta agape yang mengarah pada kebaikan bersama? Sebagaimana yang kita ketahui
bersama bahwa pada setiap tanggal 14 Februari kita merayakan hari Valentine (Valentine day). Pada hari ini, semua
orang di seluruh dunia mencoba untuk membagikan rasa cinta dan sayangnya kepada
orang-orang yang berada di sekitar mereka. Sama halnya yang terjadi dengan kita
saat ini, di sini dan kini. Di hari valentine ini, kita mencoba untuk
membagikan rasa sayang dan cinta itu kepada sesama yang ada di sekitar kita.
Kepada orang-orang yang sungguh kita sayangi. Sudah barang tentu bahwa cinta
yang mesti kita bagikan kepada orang-orang yang ada di sekitar kita dan orang
yang kita sayangi adalah cinta agape yakni cinta otentik yang melihat orang
lain sebagai bagian dari diri kita. Kita mesti menjadikan cinta agape sebagai
basis dasar dari karakter kemanusiaan kita.