BERSORAK-SORAI MENYAMBUT KEDATANGAN YESUS SANG RAJA PEMBAWA DAMAI
  • Admin
  • 04 April 2023
  • 254 x
Fr. Febrian M Angsemin, S.Fil

BERSORAK-SORAI MENYAMBUT KEDATANGAN YESUS SANG RAJA PEMBAWA DAMAI

Minggu Palma merupakan tanda memasuki pekan suci bagi umat Kristiani, ada pun tujuan lain perayaan Minggu Palma yakni mengenangkan  kisah sengsara Yesus Kristus.  Pengenangan akan sengsara Tuhan Yesus diawali dengan peristiwa Kristus memasuki kota Yerusalem sebagai Almasih. Peristiwa ini digambarkan dalam ritus perarakan Palma. Daun Palma diidentikkan dengan perayaan Minggu Palma sebagaimana yang diperjelasakan dalam Gereja Katolik perayaan Minggu Palma terjadi pada bulan April sekali dalam setahun. Demikian ritus pembukaan dan perarakan akan terjadi di luar gedung Gereja. Pemberkatan daun Palma akan terjadi di luar Gereja dilanjutkan dengan perarakan menuju masuk dalam Gereja untuk melanjutkan perayaan Ekaristi.

Komunitas Santu Klaus Kuwu SMP dan SMA serta semua karyawan/I akan mengadakan perayaan Minggu Palma di komunitas Santu Klaus pada Minggu, 02 April 2023. Pada perayaan Minggu Palma, SMP dan SMA melakukan pemberkatan daun Palma di lapangan bola basket SMP Santu Klaus Kuwu secara bersamaan dan perayaan Ekaristi terjadi di Aula masing-masing, SMP melakukan Perayaan Ekaristi di Aula SMP bersama RD. Sirilus San dan SMA melakukan Perayaan Ekaristi di Aula SMA bersama RD. Valerianus Paulus Jempau.

Perayaan Minggu Palma merupakan momen yang dirindukan bagi umat Kristiani dan bagi komunitas Santu Klaus Kuwu. Dalam perayaan berlangsung, momen Minggu Palma sungguh dimaknai bagi komunitas Santu Klaus Kuwu, karena kekompakannya sudah memwujudkan tanda kehadiran Allah di koumitas Santu Klaus sungguh amat dirasahkan.

Perayaan Minggu Palma menjadi momen penting untuk mengenangkan kesengsaraan Yesus Kristus ke Yerusalem. Umat Katolik menghayati Minggu Palma sebagai pembukaan sebelum memasuki pekan suci perayaan paskah, perayaan ini merujuk pada empat Injil yakni; Markus 11:1-11, Matius 21:1-11, Lukas 19:28-44, dan Yohanes 12:12-19.  Adapun daun Palma yang disimbolkan sebagai lambang kemenangan Yesus Kristus yang telah bangkit dan mengalahkan maut. Kesengsaraan Yesus merupakan salah satu makna dari Minggu Palma, bahwa sesungguhnya Minggu Palma bukan memperingati tentang Yesus masuk gerbang Yerusalem, tetapi mengingatkan akan kesengsaraan Yesus.

Minggu Palma mengingatkan umat Tuhan akan sambutan meriah bahwa Yerusalem akan kedatangan Kristus. Hal ini merupakan pembuktian, bahwa kebesaran kasih Allah terhadap umat-Nya, sebab Ia tidak memperbolehkan diantara sesama manusia terjadi permusuhan ataupun melakukan hal-hal keberdosaan. Oleh karena itu, kedatangan sang juru selamat di gerbang Yerusalem sebagai tanda untuk membebaskan semua belenggu dosa manusia. Hal itu terbukti dalam kegembiraan umat Yerusalem dalam seruan hosana Putra Daud dan orang banyak mengiringi-Nya dengan melambaikan daun Palma. Adapun yang lain menyediakan jubah untuk mengalas dan menyambut kedatangan-Nya. Daun Palma yang segar itu melambai-lambai menyambut gembira riang. Hal ini akan mengingatkan kita akan peristiwa yang dinyatakan dalam Alkitab, yakni Yesus masuk kota Yerusalem dengan menunggangi keledai muda, dan Ia masuk bukan dengan kereta kuda yang perkasa disertai ribuan tentara. Sebab bagi Yesus keledai bukan sekedar layak atau tidak sebagai seorang raja, tetapi hal ini mewujudkan kerendahan hati Yesus dengan melakukan hal-hal yang membuat orang merasa heran dengan Yesus. Yesus menunggang kuda merupakan simbol harapan bagi umat Israel. Maka keledai yang dikatakan bodoh, lemah, dan lambat memiliki makna yang dalam yang hendak ditunjukkan Yesus ketika memasuki gerbang Yerusalem.

Dalam kitab Zakharia ada suatu nubuat yang memperlihatkan ciri khas unik yang tidak biasa dari seorang raja Israel yang disebut Mesias menunggang keledai. Bersorak sorailah suara nyaring hai putri sion, bersorak sorailah hai putri Yerusalem, lihatlah rajamu datang kepadamu, Ia adil dan jaya, lemah lembut dan mengendarai seekor keledai muda. Disinilah makna dari penunggangan keledai bagi Tuhan Yesus, hendaknya Ia memenuhi apa yang telah dinubuatkan kepada orang Israel. Ia menunjukkan bahwa Mesias itu telah datang.

Dalam injil Matius digambarkan bahwa ketika Tuhan memasuki gerbang Yerusalem, sejumlah banyak orang menghamparkan pakaian di jalan, memotong ranting-ranting pohon dan menyebarkan di jalan (Matius, 21:8). Selain Dia menunjukkan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi Zakharia, penggunaan keledai oleh Yesus masuk kota Yerusalem menggambarkan karakter raja Israel yang dinantikan, yakni raja bukan membawa perang tetapi membawa damai.

Hal ini karena pada waktu bangsa Israel dijajah oleh bangsa Romawi muncul kaum Zelot yang meyakini bahwa Sang Mesias datang untuk melawan bangsa Romawi. Namun hal tersebut disangkal Yesus sendiri dengan menunggang keledai muda. Ia menunjukkan dengan tindakan-Nya sebagai pemenuhan apa yang dinubuatkan oleh Nabi Yesaya bahwa “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita, lambang pemerintahan ada di atas bahu-Nya, dan nama-Nya disebutkan orang. yakni penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai” (Yes 9:6).

Yesus menunggang keledai muda untuk masuk kota Yerusalem merupakan gambaran diri-Nya Sang Raja Damai yang diharapkan oleh bangsa Israel bahwa Yesus tidak berpihak pada kaum yang berkuasa, yang menderita dan miskin tetapi Yesus selalu mengingatkan akan perkataaNya: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa” (Mrk 2:17).” Maka, tepatlah bahwa keledai yang kesannya bodoh dan lemah itu ternyata sangat membantu manusia dalam membawa beban. Demikian pula, Tuhan Yesus yang adalah Raja itu tampak lemah dan tidak memiliki kekuatan, ternyata memberikan penebusan dan keselamatan bagi umat manusia.