BERSORAK-SORAI MENYAMBUT KEDATANGAN YESUS SANG RAJA PEMBAWA DAMAI
Minggu
Palma
merupakan tanda memasuki pekan suci bagi umat Kristiani, ada pun tujuan lain
perayaan Minggu Palma
yakni mengenangkan kisah sengsara Yesus
Kristus. Pengenangan akan sengsara Tuhan
Yesus diawali dengan peristiwa Kristus memasuki kota Yerusalem sebagai Almasih.
Peristiwa ini digambarkan dalam ritus perarakan Palma. Daun Palma diidentikkan dengan perayaan Minggu Palma sebagaimana
yang diperjelasakan dalam Gereja Katolik perayaan Minggu Palma terjadi pada bulan
April sekali dalam setahun. Demikian ritus pembukaan dan perarakan akan terjadi
di luar gedung Gereja.
Pemberkatan daun Palma akan terjadi di luar Gereja dilanjutkan dengan perarakan
menuju masuk dalam Gereja untuk melanjutkan perayaan Ekaristi.
Komunitas Santu Klaus Kuwu SMP dan SMA serta semua
karyawan/I akan mengadakan perayaan Minggu Palma di komunitas Santu Klaus pada
Minggu, 02 April 2023. Pada perayaan Minggu Palma, SMP dan SMA melakukan
pemberkatan daun Palma di lapangan bola basket SMP Santu Klaus Kuwu secara
bersamaan dan perayaan Ekaristi terjadi di Aula masing-masing, SMP melakukan
Perayaan Ekaristi di Aula SMP bersama RD. Sirilus San dan SMA melakukan
Perayaan Ekaristi di Aula SMA bersama RD. Valerianus Paulus Jempau.
Perayaan Minggu Palma merupakan momen yang dirindukan
bagi umat Kristiani dan bagi komunitas Santu Klaus Kuwu. Dalam perayaan
berlangsung, momen Minggu Palma sungguh dimaknai bagi komunitas Santu Klaus
Kuwu, karena kekompakannya sudah memwujudkan tanda kehadiran Allah di koumitas
Santu Klaus sungguh amat dirasahkan.
Perayaan Minggu Palma menjadi momen penting untuk
mengenangkan kesengsaraan Yesus Kristus ke Yerusalem. Umat Katolik menghayati Minggu
Palma sebagai pembukaan sebelum memasuki pekan suci perayaan paskah, perayaan
ini merujuk pada empat Injil yakni; Markus 11:1-11, Matius 21:1-11, Lukas
19:28-44, dan Yohanes 12:12-19. Adapun
daun Palma yang disimbolkan sebagai lambang kemenangan Yesus Kristus yang telah
bangkit dan mengalahkan maut. Kesengsaraan Yesus merupakan salah satu makna
dari Minggu Palma, bahwa sesungguhnya Minggu Palma bukan memperingati tentang
Yesus masuk gerbang Yerusalem, tetapi mengingatkan akan kesengsaraan Yesus.
Minggu Palma mengingatkan umat Tuhan akan sambutan
meriah bahwa Yerusalem akan kedatangan Kristus. Hal ini merupakan pembuktian,
bahwa kebesaran kasih Allah terhadap umat-Nya, sebab Ia tidak memperbolehkan
diantara sesama manusia terjadi permusuhan ataupun melakukan hal-hal
keberdosaan. Oleh karena itu, kedatangan sang juru selamat di gerbang Yerusalem
sebagai tanda untuk membebaskan semua belenggu dosa manusia. Hal itu terbukti
dalam kegembiraan umat Yerusalem dalam seruan hosana Putra Daud dan orang
banyak mengiringi-Nya dengan melambaikan daun Palma. Adapun yang lain
menyediakan jubah untuk mengalas dan menyambut kedatangan-Nya. Daun Palma yang
segar itu melambai-lambai menyambut gembira riang. Hal ini akan mengingatkan
kita akan peristiwa yang dinyatakan dalam Alkitab, yakni Yesus masuk kota
Yerusalem dengan menunggangi keledai muda, dan Ia masuk bukan dengan kereta
kuda yang perkasa disertai ribuan tentara. Sebab bagi Yesus keledai bukan
sekedar layak atau tidak sebagai seorang raja, tetapi hal ini mewujudkan
kerendahan hati Yesus dengan melakukan hal-hal yang membuat orang merasa heran
dengan Yesus. Yesus menunggang kuda merupakan simbol harapan bagi umat Israel.
Maka keledai yang dikatakan bodoh, lemah, dan lambat memiliki makna yang dalam
yang hendak ditunjukkan Yesus ketika memasuki gerbang Yerusalem.
Dalam kitab Zakharia ada suatu nubuat yang
memperlihatkan ciri khas unik yang tidak biasa dari seorang raja Israel yang
disebut Mesias menunggang keledai. Bersorak sorailah suara nyaring hai putri
sion, bersorak sorailah hai putri Yerusalem, lihatlah rajamu datang kepadamu,
Ia adil dan jaya, lemah lembut dan mengendarai seekor keledai muda. Disinilah
makna dari penunggangan keledai bagi Tuhan Yesus, hendaknya Ia memenuhi apa
yang telah dinubuatkan kepada orang Israel. Ia menunjukkan bahwa Mesias itu
telah datang.
Dalam injil Matius digambarkan bahwa ketika Tuhan
memasuki gerbang Yerusalem, sejumlah banyak orang menghamparkan pakaian di
jalan, memotong ranting-ranting pohon dan menyebarkan di jalan (Matius, 21:8).
Selain Dia menunjukkan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi Zakharia, penggunaan
keledai oleh Yesus masuk kota Yerusalem menggambarkan karakter raja Israel yang
dinantikan, yakni raja bukan membawa perang tetapi membawa damai.
Hal
ini karena pada waktu bangsa Israel
dijajah oleh bangsa Romawi muncul kaum Zelot yang meyakini bahwa Sang Mesias
datang untuk melawan bangsa Romawi. Namun hal tersebut disangkal Yesus sendiri
dengan menunggang keledai muda.
Ia menunjukkan dengan tindakan-Nya
sebagai pemenuhan apa yang dinubuatkan oleh Nabi Yesaya bahwa “Sebab seorang
anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita, lambang pemerintahan ada
di atas bahu-Nya,
dan nama-Nya disebutkan orang. yakni penasihat Ajaib, Allah
yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai” (Yes 9:6).
Yesus
menunggang keledai muda untuk
masuk kota
Yerusalem merupakan
gambaran diri-Nya Sang Raja Damai yang diharapkan oleh
bangsa Israel bahwa
Yesus tidak berpihak pada
kaum yang berkuasa, yang
menderita dan miskin tetapi Yesus
selalu mengingatkan akan perkataaNya: “Bukan orang sehat
yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil
orang benar, melainkan orang berdosa” (Mrk 2:17).” Maka, tepatlah bahwa keledai
yang kesannya bodoh dan lemah itu ternyata sangat membantu manusia dalam
membawa beban. Demikian pula, Tuhan Yesus yang adalah Raja itu tampak lemah dan
tidak memiliki kekuatan, ternyata memberikan penebusan dan keselamatan bagi
umat manusia.