Renaja yang Jauh
“Anastasia Freska
Lahur”
Ku terbangun dari tidurku yang
lelap
Arunika telah menyapa bumiku
Ku teringat akan hari baru ini
Jiwaku terasa harsa berkat-Nya
Untukmu yang aksa
Ku titip rindu kepada bumantara
Melalui sandyakala
Untukmu yang mampu memberiku
adiwarna
Melalui kasih sayangmu yang
tiada tara.
Tiada lebih yang bisa kuberi
untukmu
Dan jasa-jasamu padaku
Tanpamu, kehidupanku hanyalah
lara.
Kasih sayangmu adalah abhinaya
Untuk hidupku.
Kamu adalah Cinta
(Mariani Heno)
Kamu adalah lagu cinta kami
Kamu adalah ikatan yang
mengikat
Saat kita berjauhan ibu
Kamu adalah fondasi yang kuat
Untuk rumah tempat tinggal kami
Kamu adalah hati nurani dan
kasih sayang
Mengajari inspirasi yang
mengatakan untuk masa depan
Kamu adalah suara nalar
Yang menyuruh kami beristirahat
Kamu adalah pepatah kuno
Yang menyatakan kebijaksanaan
Kamu adalah sebuah kepercayaan
Kamu adalah orang pertama yang
memberikan semangat saat aku lemah
Kau adalah cinta abadiku . . . oh ibuku. . . .
Kado special
(Anggi)
Aku tahu hari ini
valentine
Tapi aku sengaja
tidak memberimu
Bunga dan cokelat.
Aku takut bunga itu
akan cemburu dengan ketampananmu
Aku takut, cokelat
itu cemburu dengan kemanisanmu
Selalu kuingin
sinarmu
Kau telah cerahi
hitamku, hingga kau
Hempaskan segala
pilu.
Mebiaskan senduh yang berlalu dengan senyummu yang manis.
Dirimu
(Alexandra Isabela
Rodriques)
Dalam diam aku tertawan
Terbelanggu dalam kenyataan
Kau berikan sekuntum bunga
Yang ku tak tahu untuk siapa
Bermain, nostalgia dalam pikiran
Tapi taka da belenggu diantara kita
Tak ada batas
Yang menawan kita
Masih
tak ku sangka
Pohon yang kutanam, kau
singgahi juga
Diam-diam kau merawat cintaku
Yang ternyata kau balas
perasaanku
Tak aku biarkan bersimpuh atas
luka
Dirimu pelihara udara di dada
Masih tak percaya aku lakukan
semua
Dirimu beri aku sekuntum cinta
Bintang
(Alexandra Isabela
Rodriques)
Tak terhingga
jumlahmu di angkasa
Berkeliapan
memenuhi awan
Terang berbintik
dengan menawan
Menembus pandang
sampai di mata
Berterbangan kunang
dalam dada
Berkeliapan bintang
di raga
Tak bisa kutahan
semua cahaya
Semburat cinta pada
pandangan pertama
Walau jauh bintang
di sana
Cahanyanya tetap
sampai di sini juga
Tak kucapai bintang
di sana
Kerlipnya menghiasi
jantung saya
Tak ada bahagia
yang bisa dipias
Gejolak bulan tak
kala bintang nampak
Tak sia kutunggu ia
di teras
Kini Nampak bintang melingkar pada tangan.
Dengan Pesan kutitipkan Kado
(Epi Delpan. IX D)
Gemuruh
Semarah angina malam
Berhembus
tak tahu arah
Memecah
keheningan di balik keresahan
Memicu
hiruk pikuk gelapnya malam
Kamu
. . . .
Pemberi
hasrat bernuansa romansa
Pemecah
kerisauan gulita malam
Hingga
rembulan tak kunjung redam
Tuk
bertaut pada kegelapan
Kamu
. . . .
Dengan
puisi bertuliskan kiasan
Menunggu
pagi menjemput malam
Menanti
hari esok masih ada
Tuk
memberi suatu harapan
Agar
dengan pesan kutitipkan kado . . .